Dalam menafsirkan surat Al Fajr ayat 16 yang berbunyi:
Al-Fajr 17
Adapun apabila Allah mencobai dia dan menyempitkan atasnya [b] rezekinya, maka ia berkata, “Tuhan-ku menghinakan aku.”
Suatu ketika Rasulullah SAW lewat di dekat pekuburan, Beliau melihat seorang perempuan, yang sedang berdiri menangis di dekat kuburan, Rasulullah SAW bertanya:” Bibi sabarlah! Dia menjawab, kalaulah anak kamu sendiri yang mati, saya ingin lihat bagaimana kamu bisa bersabar. karena itu kamu menasihati saya supaya bersabar, karena yang mati ini adalah anak saya, coba (rasakan) kalau itu anak kamu. Rasulullah Saw menjawab:” Hai perempuan, aku sudah kehilangan 7 orang anak, tapi aku selalu bersabar menghadapi kematian setiap anakku. Setelah mengatakan ini beliau pergi, setelah itu ada seseorang yang mengatakan pada wanita tadi:”Kurang ajar kamu! Kamu tahu siapa yang berkata-kata kepada kamu tadi? Dia menjawab:” saya tidak tahu siapa dia, orang itu menjawab :” Beliau adalah Rasulullah SAW. Setelah mendengar hal ini, wanita tadi pergi ke rumah Beliau SAW dan berkata:” Ya Rasulullah SAW , (sekarang) aku telah bersabar. Beliau menjawab: Assobru indassodmatil uula. (Seharusnya) kesabaran itu pada keadaan yang pertama. Memang setelah menangis sepuasnya, timbul rasa sabar. Jadi Rasulullah SAW juga mengalami kondisi-kondisi yang demikian, yang dengan keadaan itu manusia menangis sedih,tapi dalam kondisi seperti itupun, beliau SAW tetap bersabar dan bersabda, “Kita ridho atas kehendak Allah ini. Ketika menjhelang kewafatan putra beliau Hazrat Ibrahim, pada saat itu Hazrat Rasulullah SAW berada disampingnya, setelah melihat ratapan dan rintihan putranya, keluar air mata Rasulullah SAW. Seseorang bertanya:” Ya Rasulullah SAW! Tuan juga menangis. Beliau SAW menjawab.” mengeluarkan airmata adalah hal lain. meskipun demikian kami tidak keberatan atas kehendak Allah Ta’ala ini, kami menganggap apa yang dilakukanNya ( Allah Ta’ala ) adalah benar.Hazrat Abdul Qadir Jailani bersabda :” Saya tidak akan makan sebelum Allah SWT menyuruh saya dengan mengatakan,” Hai abdul qadir! demi zat ku makanlah.! Dan juga saya tidak akan memakai pakaian sebelum Allah Ta’ala mengatakan kepada saya,” Hai Abdul Qadir! demi zatku, pakailah pakaian itu.
”Karena itu, ujian selalu datang supaya akhlak manusia dapat di zahirkan, tapi akhlak Rasulullah SAW sudah zahir dari sejak semula, Pada saat sarroo’a (Kesulitan) juga Beliau SAW telah meraih keridhoan Allah Ta’ala, dan telah berusaha mencari keridloan Allah Ta’ala dan dalam keadaan Dlorroo’a juga. Apabila Beliau SAW mendapatkan harta, maka Beliau SAW nafkahkan semuanya untuk manfaat umat manusia, sedangkan untuk diri Beliau SAW sendiri, Beliau SAW tidak mengambil manfaat dari harta itu. Sebaliknya jika datang musibah, beliau SAW tabah menghadapi segala jenis cobaan, bahkan beliau SAW senantiasa menghadapinya dengan penuh kesabaran
(Tafsir Al-Qur'an Ahmadiyah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H