Mohon tunggu...
Wahdana Salsabila
Wahdana Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Story Teller/Mental Health Activist/Social Activist

Membaca/humble dan friendly

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Dramaturgi Menurut Erving Goffman

30 Januari 2024   17:31 Diperbarui: 30 Januari 2024   17:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Erving Goffman (1922-1982) adalah salah seorang sosiolog yang mempelajari interaksi sosial. Ia menjelaskan bahwa dalam kehidupan kesehariannya seseorang nampak seperti aktor yang sedang memainkan peran dalam penampilannya pada suatu panggung. Jika kita membayangkan diri kita sedang mengamati apa yang terjadi di dalam suatu panggung teater yang menampilkan drama kehidupan sehari-hari, kita akan dapat memahami apa yang disebut Goffman dengan analisis dramaturgi (dramaturgical).

Dramaturgi adalah pendekatan yang menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subjektif dan objektif dari interaksi sosial. Usaha Goffman untuk mempelajari interaksi dengan memakai bahasa dan khayalan teater ini agaknya diilhami oleh pendapat Sheakespeare bahwa dunia merupakan suatu pentas dan semua laki-laki dan perempuan merupakan pemain.

Dalam bukunya yang berjudul The Presentation of Self in Everyday life (1959), Erving Goffman menulis pemikiran tentang interaksi sosial dengan menggunakan analisis dramaturginya. Goffman melihat bahwa dalam suatu perjumpaan tiap-tiap individu/kelompok, baik disengaja atau tidak, membuat pernyataan (expession) dengan individu/kelompok lain. Kemudian individu/kelompok lain memperoleh kesan (impression) dari apa yang dinyatakan oleh orang/kelompok tersebut.

Begitu seterusnya secara timbal-balik dalam perilaku interaksi yang mereka lakukan. Dalam pembahasannya tentang pernyataan, Goffman membedakannya atas: pernyataan yang diberikan (expression given), dan pernyataan yang dilepaskan (expression given off). Pernyataan yang diberikan adalah pernyataan yang dimaksudkan untuk memberikan informasi sesuai dengan apa yang lazimnya dilakukan. Sedangkan, pernyataan yang dilepaskan atau terlepas adalah pernyataan yang tidak secara sengaja ditampilkan atau dinyatakan yang mengandung informasi yang menurut orang lain memperlihatkan ciri atau maksud sesungguhnya dari si pembuat pernyataan.

Berdasarkan apa yang tertulis diatas maka saya dapat menyimpulkan bahwa teori dramaturgi merupakan suatu teori dimana kita sebagai manusia memiliki peran kita masing-masing. Jadi berdasarkan teori dramaturgi ini maka kita sebagai manusia memainkan peran kita dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana pada setiap tempat yang kita kunjungi tentunya kita akan menyesuaikan sikap dan pakaian kita sesuai tempat yang kita kunjungi dan juga orang yang kita temui. Melalui teori dramaturgi ini maka kita haruslah bisa memainkan peran kita dengan baik pada kehidupan sehari-hari kita. Contohnya adalah pakaian dan sikap kita ketika berada di rumah, kantor, dan kampus tentu akan berbeda-beda.

Teori dramaturgi  Erving Goffman mengajarkan kita untuk melihat interaksi sosial sebagai pertunjukan teatrikal. Goffman mengatakan setiap kali kita berinteraksi dengan orang lain seperti bagian dari sebuah drama. Kita mencoba menampilkan diri kita dengan cara tertentu sehingga orang lain mendapatkan kesan yang kita inginkan.

Pada dasarnya ada dua jenis pernyataan atau pesan yang dapat kita kirimkan dalam interaksi sosial. Pertama, ada "pernyataan yang dibuat", yaitu tindakan atau kata-kata yang disengaja yang kita gunakan untuk memengaruhi cara orang lain memandang kita. Misalnya cara kita berbicara atau berpakaian merupakan contoh pernyataan konkrit.

Yang kedua adalah "pernyataan yang dikecualikan" atau "tidak disengaja". Ini adalah tindakan atau sikap yang terjadi secara alami tanpa kita sadari atau rencanakan. Meskipun pernyataan-pernyataan ini tidak disengaja, pernyataan-pernyataan ini mungkin memberikan petunjuk atau informasi tambahan tentang  kita yang mungkin dapat dilihat oleh orang lain.

Goffman juga menekankan pentingnya "kesan" yang dibentuk oleh interaksi tersebut. Setiap orang yang berinteraksi dengan kita mencoba  membaca tanda-tanda dan menciptakan gambaran tentang siapa kita. Mereka mencoba menjelaskan apa yang kita alami, baik disengaja atau tidak.

Jadi inti dari teori drama Goffman, kita adalah aktor yang menjalankan peran kita dalam pertunjukan kehidupan sehari-hari. Kita memilih bagaimana kita mengekspresikan diri, apakah melalui pernyataan yang disengaja atau tindakan yang tidak terduga. Dan orang lain sebagai penonton mencoba menilai kita dari cara kita berperilaku, berpakaian, dan lain sebagainya yang bisa memberikan kesan kita di mata mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun