Mohon tunggu...
wahda nailirrohmah
wahda nailirrohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya memiliki hobi berorganisasi, bertemu banyak orang dan belajar hal-hal baru dari sebuah pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Bentuk Konservasi Sosial pada Pengolahan Lahan Pertanian Secara Tradisional

29 Maret 2023   13:07 Diperbarui: 29 Maret 2023   13:24 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Selain disebut sebgaia negara maritim, Indonesia juga disebut sebagai negara agraris. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang terjun ke dalam sektor pertanian atau memiliki pekerjaan sebagai petani. Di era globalisasi ini semua sektor berkembang termasuk sektor pertanian terutama dalam perkembangan alat-alat serta inofasi yang mempercepat sistem pertanian mulai dari pengolahan lahan pertanian sampai dengan sistem pengolahan hasil pertanian. Akan tetapi kita juga jangan terlarut dalam sebuah kemudahan, kita juga perlu tahu tentang sistem pertanian tradisional yang justru lebih ramah serta dapat menjaga lingkungan dengan jangka panjang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan dengan bagaimana sistem pengolahan tanah yang akan menjadi penentu baik buruknya hasil pertanian dalam jangka waktu yang panjang. Apabila semua petani memiliki pemikiran yang cerdas mengenai sebuah pengolahan tanah yang dalam artian tidak mengurangi kesuburan tanah, maka hasil yang akan diperoleh akan jauh lebih baik dan kesuburan tahan juga dapat terjaga untuk jangka waktu yang lebih panjang.

            Untuk membahas sistem pertanian tradisional ini saya telah melakukan sebuah observasi di lahan pertanian di desa Tayu Kulon Kec. Tayu Kab. Pati, disana saya bertemu dengan seorang petani yang bernama bapak Joko, beliau menjadi narasumber untuk saya dapat menuliskan esai ini. Pada kesempatan itu saya bertanya kepada beliau mengenai sistem pertanian yang beliau gunakan, ternyanta beliau menggunakan sistem pertanian tradisional. Hal tersebut ditunjukkan dengan bagaimana beliau mengelola lahan dengan masih menggunakan cangkul, dan pada proses pemupukan tanah beliau masih menggunakan pupuk kandang (kotoran kambing). Selanjutnya saya bertanya alasan belaiu masih menggunakan sistem pertanian tradisional ini, dan beliau mengutarakan bahwasannya dengan menggunakan sistem pertanian ini biaya pertanian yang di gunakan tidak banyak (murah) dan sistem pertanian ini juga memberikan manfaat pada lingkungan terutama penggunakaan pupuk kandang yang dapat terus menjaga kelangsungan kesuburan dari tanah lahan itu sendiri. Harapan beliau dengan menjaga kelangsungan kesuburan tahan ini hasil pertaniannya juga lebih sehat untuk dikonsumsi oleh manusia karena tidak tercampur dengan bahan kimia.  

            Melihat hal ini, pada sistem pertanian tradisional memiliki implementasi terhadap konservasi, yang berupa konservasi untuk lingkungan dan konservasi sosial. Menurut beberapa ahli yang menyatakan bahwasannya konservasi lingkungan merupakan bentuk upaya pelestarian dan pemeliharaan terhadap lingkungan, sedangkan arti dari konservasi sosial sendiri yaitu bentuk upaya pelestarian dan pemeliharaan di bidang sosial masyarakat yang berupa kebudayaan dan yang berkaitan dengan masyarakat. Yang pada intinya konservasi merupakan bentuk upaya yang dilakukan untuk melestarikan serta menjaga lingkungan maupun sosial.

            Pada sistem pertanian tradisional, implementasi konsevasi alam dapat dilihat dari pemikiran jangka panjang tentang kesuburan tanah, dengan pengelolaan lahan menggunakan pupuk kandang. Sedangkan untuk implementasi dari konservasi sosial itu sendiri berupa butuhnya tenaga kerja untuk mengelola laha, dalam arti lain diperlukan adanya kerja sama dengan beberapa orang untuk mengelola lahan pertanian. Hal tersebut akan memunculkan sifat tolong menolong dan kerja sama yang bagus antar perorangan dalam suatu masyarakat yang harus terus dilestarikan. dan terdapat juga penggunaan alat pertanian tradisional yang berupa cangkul, meskipun terlihat sepele cangkul merupakan sebuah alat pertanian tradisional yang masih dan harus dilestarikan.

            Sistem pertanian tradisional pada pengolahan tanah memanglah murah, namun diperlukan tenaga, waktu, serta kesadaran akan lingkungan. Meningkatkan kesuburan tanah dengan bahan kimia memang mempercepat proses percepatan kesuburan tanah, namun sifatnya sementara dan dapat merusak kesuburan tanah dalam jangka waktu yang dekat. Sedangkan apabila proses penyuburan tanah menggunakan pupuk kandang atau pupuk alami, meskipun menggunakan waktu dan tenaga yang ekstra, namun hasil yang diperoleh lebih menjaga lingkungan dan dianggap lebih aman untuk kelangsungan hidup jangka panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun