Mohon tunggu...
wahana slamet
wahana slamet Mohon Tunggu... Buruh - Alam selalu baik

karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tuhan Peduli

17 Januari 2015   08:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:58 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Thokthokthokthok.Keras suaranya tak kalah dengan moncong knalpot 2 Tak.Lihat kedua bannya pun merah warna nge-jreng,bahannya dari bekas sandal jepit yang sudah dibuang oleh pemiliknya,rangkanya dari rautan bambu tali kebun pak Kadri,tentunya si perakit adalah asli anak negeri di ilhami dari bekas cemong susu.Jadilah mainan becak kaleng susu dengan suara khasnya,thokthokthok.Siap dijajakan di showroom milik Beno,pemuda paruh baya yang cacat jemarinya.

Sudah jam sembilan malam.Dingin malam ini menemani si Beno menunggui barang dagangannya yang sejak siang panas tadi belum ada calon pembeli,apa lagi pembeli.Apakah mereka sudah tidak peduli lagi?Biarpun hanya melihat-lihat saja barangkali.Boleh saja.Mereka,orang-orang yang sejak tadi lalu-lalang lebih senang masuk di ruangan dingin persis di belakang Beno yang hanya terbatas dinding kaca.Didalam situ barang-barang tertata rapi,banyak macamnya mulai dari makanan,minuman,perlengkapan mandi dan sepertinya semua tersedia.Jika mereka suka, tinggal ambil lalu masukan keranjang,bayar dikasir para pemuda-pemudi berseragam dominan warna biru dengan bergaris kuning dan merah.Larisnya,pikir Beno.Andai saja dagangannya laku 5 saja, Beno sudah cukup gembira.Uangnya bisa untuk beli beras penyambung makan,setelah dipotong biaya produksi tentunya,dan sisanya disimpan dibawah lipatan baju dalam almari.Tapi satupun sampai saat ini belum ada yang terbeli,mainan kuno dari kaleng susu masih utuh terjajar rapi,serapi barang diswalayan.

"Berapa pak..satu?"Tanya pemuda yang masih mengenakan helmnya.

"Sepuluh ribu mas".Jawab Beno agak terkejut ,sekejab hilang rasa dingin yang dari tadi menusuk tulangnya.Akhirnya ada juga yang singgah peduli menghampirinya,membeli.Untuk apa pemuda tadi itu, yang kalo ditaksir umurnya 30-an tahun, membeli mainan kunonya di malam selarut ini.Beno membatin campur keheranan sendiri di sertai rasa syukur karena dagangnya laku 4 biji.Mungkin saja Tuhan kasihan kepadanya lalu melalui pemuda tadi di berikan rejeki atas usahanya.Beno tertidur Ikhlas di emperan toko swalayan sambil mendekap rejeki Tuhan hari ini.

Salam Sederhana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun