Mohon tunggu...
Wahana Dharma
Wahana Dharma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kecerdasan dan Kebaikan Hati

29 April 2017   23:59 Diperbarui: 30 April 2017   00:03 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pulang dari kegiatan belajar hari ini, saya memutuskan utk mampir di supermarket kesayangan utk membeli sedikit keperluan di rumah. Kebiasaan mampir di supermarket ketika sempat, dan hari usai beraktivitas pun tak terlalu malam, bagi saya adalah me time yg sangat menyenangkan. Dasar emak2 ya??

Niat awal membeli hanya beberapa item keperluan saja, eh teman2 si item kok pada ikutan. Jadilah belanjaan yg dibawa menjadi ckp berat, tak nyaman kalau berangkot ria. Seperti biasa, pesan taksi on line lah solusinya. Tak ada yang aneh dr taksi ini. Mobilnya jenis city car yg kecil, cukup lah untuk sy dan belanjaan saya, sopirnya pun sopan dan terkesan pendiam. Tak ada obrolan yang terlalu penting, apalagi ala curhatan panjang lebar, sampai si sopir bercerita ttg keluarganya, istri dan anaknya, setelah dia mendapat telepon dr anaknya yg bertanya kapan dia pulang. Sy tanggapi sekenanya saja. Setelah bbrp kali bercerita ttg anaknya, tiba2 si sopir bertanya, apa saya sdh menikah. 

Saya jawab bukan sekedar sdh menikah, tp anak pertama sy sdh kuliah. Dia kaget mendengar jawaban sy dan berulang-ulang melihat saya yg duduk di jok belakang. "Masa sih? Gak kelihatan loh, Bu?" Saya jawab, "Memang sy hantu, gak kelihatan?", padahal sy malu campur seneng gitu?? Alih2 malu dikira masih abegeh, eh si sopir gak bilang begitu ya?? sy pun bercerita ttg penduduk pulau Okinawa yg umurnya panjang, 90 thn masih sehat, bahkan masih bisa memanjat pohon. Sy katakan, mereka sehat krn cara makannya yang baik spt yg Nabi SAW ajarkan. Kalau Nabi SAW mengajarkan utk mengisi 1/3 perut dgn makanan, 1/3 air dan 1/3 udara. 

Makan setelah lapar, berhenti sebelum kenyang, dan makanan dikunyah dgn baik (32x?). Mirip dgn kebiasaan penduduk Okinawa yg biasa mengisi 80% sj perut mereka dgn makanan dan air, selebihnya sama spt yg Nabi kita ajarkan, yi makan setelah lapar, berhenti sblm kenyang dan makanan dikunyah baik2. Dia menyimak dgn baik cerita sy dan dgn polosnya dia bilang, "Dan ibu menjalankan itu?" Sy tertawa. "Gak sehebat itu lah!", kata saya. Sy lanjutkan cerita sy, bahwa utk membuat org terlihat lbh muda, bahkan 20 thn lbh muda dr usianya, bukan persoalan sulit. Teknologi bs mewujudkan itu. Namun ada dua hal yg tdk bs dipalsu, kata saya. 

Dia penasaran, "Apa itu, Bu?". Sy jawab kecerdasan dan kebaikan hati. "Itu menurut penelitian loh, Mas", kata saya. Dia mengangguk-angguk. Selanjutnya, dia masih meneruskan cerita soal keluarga dan anak2nya. Cerita pun harus diakhiri krn perjalanan sudah harus diakhiri di dpn rumah sy. Pas sy turun, berulang-ulang dia ucapkan terima kasih, entah utk apa. Aih pengalaman hari ini, jd malu dan terasa sok tahu??

Nia Setyawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun