Kehidupan tidak akan pernah bisa lepas dari namanya komunikasi. Manusia akan selalu berkomunikasi antar sesama dalam kehidupannya. Selain berkomunikasi, dalam mengatur kehidupannya manusia akan membuat sebuah peraturan yang disepakati keputusan bersama, contohnya manusia dalam berkomunikasi akan menggunakan bahasa yang telah disepakati. Masyarakat Indonesia yang mempunyai beragam bahasa daerah, untuk menyatukannya masyarakat sepakat untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama. Inilah yang dinamakan interaksi simbolik.
Konsep interaksi simbolik sendiri muncul dalam diri individu manusia. Charles Horton Cooley menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan diri menciptakan emosi lebih kuat dibandingkan dengan yang tidak dikaitkan dengan diri bahwa diri dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif.
Charles Horton Cooley sendiri merupakan sosiolog asal Amerika serikat yang lahir pada 17 Agustus 1864 di Ann Arbor, Michigan. Beliau lahir dari pasangan Thomas M. Cooley dan Mary Elizabeth Horton. Ayahandanya merupakan seorang pengacara dan hakim terkemuka di Michigan. Pada usia enam belas tahun beliau mulai berkuliah di Universitas Michigan dan lulus pada tahun 1887 sehingga menjadikannya sarjana mudah.Â
Setelah itu beliau bekerja untuk waktu yang singkat di Interstate Commerce Commision dan Census Bueeau. Kegemaran membaca, menulis, merenung menjadikan beliau menjadi seorang akademis di Universitas Michigan. Charles Horton Cooley adalah seorang murid George Herbet Mead, sehingga teori pemikiran yang disampaikan Cooley terutama interaksi simbolik merupakan pengaruh pemikiran Mead.
Teori interaksi simbolik yang dihasilkan Cooley adalah Looking Glass Self (cermin diri). Didalam karya bukunya Human nature and the Social order menjelaskan bahwa konsep diri yang dijelaskan adalah seseorang individu memikirkan apa yang dipikirkan orang lain. Individu mencoba menjadi orang lain agar bisa menilai dirinya sendiri, sehingga seorang itu ingin mendapatkan sebuah respons orang lain. Konsep diri yang digarap Cooley berbeda dengan apa yang disampaikan Mead. Menurut Cooley "diri" akan menjadi objek terlebih dahulu sebelum ia berada pada posisi objek.Â
Cooley mengatakan bahwa konsep looking glass self mudah berkembang terhadap seorang anak kecil. Anak kecil akan mudah menirukan sikap atau gerakan orang lain, mereka akan segera melihat hubungan antara tindakan mereka sendiri dan perubahan dalam gerakan tersebut. contoh seorang anak kecil ketika mereka mulai mengajak dewasa perilaku karakter mereka akan sama apa yang mereka lihat sebagaimana sikap karakter yang diperlihatkan karakter orang tuanya ketika mendidiknya di masa kecil.
Teori looking glass self menunjukkan bahwa diri seseorang akan membayangkan tampak bagi orang lain, lalu mereka akan membayangkan bagaimana orang lain akan menilai tindakannya. Biasanya seseorang akan membayangkan bagaimana tindakan dirinya dipandang orang lain. Terkadang seseorang itu membayangkan dirinya adalah orang lain untuk menilai dirinya.
Contoh Looking glass self adalah sosial media. Saya sendiri memiliki 2 akun sosial media dalam satu platfrom. Saya menggunakan dua akun untuk bisa menjadi orang lain dan menilai saya sendiri dan agar juga bisa membayangkan bagaimana orang melihat tindakan yang saya lakukakan.
Daftar Kutipan:
Ahmadi, Dani. (2005). Jurnal Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar.
Charles, H.C. (1922). Human Nature and The Social Order. New York