Corat-coret dan Konvoi Perspektif RemajaÂ
PENERIMAAN Lembar Hasil Belajar (LHB) pada saat kelulusan kelas IX dan XII jenjang pendidikan menengah merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh peserta didik maupun orangtua mereka. Pada saat itu mereka akan menerima pengumuman tentang hasil belajar selama tiga tahun di jenjang tersebut.Â
Momen pengumuman kelulusan bagi peserta didik selalu mereka rayakan dengan suka cita penuh euforia. Tata cara perayaan yang mereka lakukan terkadang berseberangan dengan kehendak orang lain sehingga menimbulkan penilaian yang berbeda antara peserta didik dengan masyarakat atau orang lain. Masyarakat mungkin memandang bahwa perayaan kelulusan dengan corat-coret pakaian seragam merupakan perilaku yang tidak baik karena merupakan sebuah tindakan foya-foya, sia-sia, mubadzir, tidak berguna, dan seterusnya. Sementara itu peserta didik memandang bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah ungkapan kegembiraan dalam merayakan kelulusan. Ungkapan kegembiraan dalam merayakan kelulusan tersebut mereka lakukan dengan cara konvoi dan corat-coret pakaian/seragam sekolah yang mereka pakai. Bagi mereka konvoi dan corat-coret baju dengan cat warna-warni yang sering dikenal dengan istilah pilox (pylox) merupakan sebuah ekspresi yang ingin mereka tunjukkan kepada khalayak bahwa mereka telah lulus sekolah. Untuk maksud tersebut mereka melakukan konvoi kendaraan di jalan-jalan dan di manapun yang mereka inginkan.Â
Ekpresi kelulusan ini sudah lama dilakukan oleh kakak-kakak senior mereka dan tradisi ini ternyata diikuti oleh generasi selanjutnya. Pada awalnya, kegiatan konvoi dan corat-coret baju mendapatkan perhatian banyak orang, tetapi karena cara-cara yang mereka lakukan terkadang menggangu bahkan merugikan orang lain sehingga kegiatan mereka menjadi tidak mendapatkan simpati lagi dari orang lain.Â
Pada dasarnya sekolah kebanyakan sudah memberikan himbauan bahkan larangan untuk melakukan konvoi yang mengganggu ketertiban umum dan melakukan corat-coret seragam sekolah sebelum pengumuman kelulusan. Namun rupanya mereka mencari celah dan kesempatan untuk tetap melakukan hal tersebut dengan cara-cara mereka sendiri. Mereka melakukan konvoi dan melakukan corat-coret seragam sekolah pada waktu dan tempat yang mereka sepakati pasca hari pengumuman kelulusan. Mereka berkoordinasi melalui grup whatshapp baru yang mereka buat tanpa sepengetahuan sekolah dan orangtua.Â
Sesungguhnya mengekspresikan kelulusan dengan santun dan berkarakter serta selalu menjaga nama baik diri-sendiri, orangtua dan sekolah adalah pilihan bijaks seseorang pelajar. Namun cara pandang dan berfikir mereka belum sejauh itu. Persektif berfikir remaja sebagai pelajar dalam memahami, memaknai dan menginterpretasikan sebuah kelulusan adalah perspektif remaja terhadap dunianya. Mereka memandang bahwa kelulusan adalah saat untuk bergembira dan menunjukkan eksistensinya bahwa mereka mampu menyelesaikan sebuah pendidikan yang telah mereka tempuh selama ini.Â
Rupanya karakter dan perilaku sosial yang bertanggungjawab di kalangan remaja perlu mendapatkan perhatian serius dari sekolah, orangtua dan masyarakat serta pemerintah. Menanamkan sikap respek terhadap orang lain dengan menghormati, menghargai serta memiliki kepedulian terhadap kepentingan seseorang merupakan salah satu bagian pendidikan bagi seorang remaja yang perlu ditanamkan sejak dini.Â
Mei, 07.2024: 15.05Â
Penulis: Kompasiana.com/wagiyoatiq
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H