Ini adalah kisah cinta Cindy dengan ayahnya. Tiap hari Cindy selalu menuliskan di bukunya bahwa orang yang paling ia sayangi adalah ayah. Hal ini tertanam dalam benakknya. Sungguh perasaan yang romantis antara anak dan ayah.
Begitu pula ayah Cindy. Beliau selalu memberikan tanda kasih sayangnya berupa stigma di muka buah hatinya. Cindy sendiri sangat senang dan menganggap hal tersebut adalah pemberian dari ayahnya tercinta. Tiap malam ia menangis saking terharunya dengan perlakuan ayahnya kepada Cindy.
Anehnya, orang-orang disekitar Cindy merasa khawatir akibat stigma yang ayahnya berikan. Dalam pikiran cindy, mungkin mereka hanya iri saja karena kurang kasih sayang. Padahal jelas-jelas ayah Cindy adalah yang terbaik di dunia ini yakan?
Suatu hari Cindy tanpa sengaja memecahkan gelas saat mencuci piring di dapur. Bulu kuduk nya berdiri. Matanya berkedip dan menatap kesana kemari. Detak jantungnya berdegup kencang. Saat itulah sang ayah mendatangi Cindy untuk menenangkannya. Sang ayah mengambil serpihan kaca dan menempelkan stigma kasih sayang pada buah hatinya. Air mata keluar sangat deras. Cindy sungguh terharu akibat perlakuan ayahnya yang begitu menyayanginya. Sang ayah seketika memeluk Cindy dengan begitu erat. Tetapi, mengapa hanya leher cindy yang ayah peluk? Cindy tidak begitu memikirkannya. Kata-kata yang keluar dari mulut Cindy tetap sama. "Aku sayang Ayah". Seketika napas sang anak berhembus untuk terakhir kalinya. Tapi ternyata kali ini Cindy mulai dewasa. Di detik terakhirnya ia berpikir. "Kalau Ayah hilang, apakah Aku akan bisa bahagia?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H