Mohon tunggu...
Wafri AdisAkmal
Wafri AdisAkmal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Hanya seorang manusia yang berusaha menjadi manusia itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nakal

28 September 2023   18:47 Diperbarui: 28 September 2023   19:17 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fani, seorang gadis yang begitu percaya diri, pemberani, dan tukang onar. Sudah puluhan kali ia membuat masalah di sekolahnya. Anehnya keluarga Fani tidak merespon panggilan dari kepala sekolah mengenai kekacauan yang dibuat oleh putrinya. Hal ini berlanjut hingga Fani menginjak semester terakhir.

Berbagai acara kelulusan tengah dipersiapkan oleh warga sekolah. Meski begitu, para siswa saat ini dituntut untuk fokus pada ujian akhir. Merasa tak peduli akan hal tersebut Fani tetap menjadi dirinya sendiri dan mulai membuat sebuah masalah baru.

Seminggu sebelum ujian dimulai, para siswa berkumpul di aula untuk mengadakan perkumpulan yang bertujuan untuk memberi motivasi pada siswa dan juga doa bersama agar diberi kelancaran saat mengerjakan ujian akhir nanti. Pada saat acara dimulai dengan santainya Fani berdiri dan berlari menuju panggung dan berteriak "Dasar kalian manusia tidak berguna, untuk apa kita mengerjakan ujian akhir ini, memangnya kalian yakin bisa dapat nilai bagus?" ucap sombong Fani. Tak lama kemudian Fani pun diamankan oleh para guru dan diberi nasehat seperti biasa di ruang tata tertib. 

Akan tetapi guru yang selama ini berurusan dengannya, Ibu Yanti, sudah tidak tahan dengan kelakuannya dan mulai memarahi nya habis-habisan. Tak tanggung-tanggung, saking emosinya Bu Yanti ia mulai memaki maki dan menyalahkan keluarga Fani karena dirasa tidak bertanggung jawab dalam mendidik seorang anak.

Mendengar hal tersebut, muka Fani yang terlihat datar mulai berubah menjadi murung. Setelah puas memarahi Fani, Bu Yanti meminta Fani untuk mengantarkannya untuk pergi menemui orang tua Fani. Mendengar hal tersebut Fani sontak merasa kaget, tetapi ia tak bisa apa-apa selain menuruti permintaan Bu Yanti.

Sepulang sekolah Bu Yanti membonceng Fani menggunakan motor untuk menemui orang tua Fani. Selama perjalanan, fani menunjukkan jalan kepada Bu Yanti agar dapat menemui kedua orang tuanya. Herannya, ketika Fani mengatakan bahwa perjalanan mereka sudah sampai tujuan, Bu Yanti sangat bingung karena di sekitar hanya nampak pohon dan juga dataran yang kosong nan luas. "Nduk, rumahmu ada di pedalaman tah?" Tanya Bu Yanti.  "Mboten bu, mriki tempat ibu lan ayah bu." Jawab pelan Fani.

Fani kembali menuntun Bu Yanti menuju jalan untuk bertemu orang tuanya. Sembari berjalan, isi pikiran Bu Yanti dipenuhi oleh kebingungan dan segala jenis kemungkinan yang tidak diharapkan. Langkah demi langkah mulai menguak jawaban atas pertanyaan Bu Yanti. Langkah Fani dan Bu Yanti terhenti di hadapan 3 batu nisan.

Bu Yanti seketika meneteskan air mata sambil memeluk murid nya tersebut. "Maaf ya nduk, *hiks* selama ini saya begitu jahat sama kamu, banyak njelekin keluarga kamu, saya mohon maaf ya nduk *hiks*." ucap lirih Bu Yanti sembari memeluk Fani dengan erat. Tangis Fani seketika pecah dan permohonan maaf pun disampaikannya kepada Bu Yanti.

Setelah suasana mulai kembali tenang, Fani mulai mengungkapkan segala fakta dibalik keluarga Fani selama ini kepada Bu Yanti. "Ibu dan Ayah, baik bu sama saya, cuman karena penyakit sejak SD saya ditinggal berdua sama saudara kembar saya, berdua" ucap Fani. "Habis ibu ayah nggak ada, Fani sama sodara dirawat sama keluarga ibu." saut Fani. "Pas lagi sedih-sedihnya ditinggal orang tua, saya cuman ada saudara kembar yang support satu sama lain" sambung Fani. Kemudian Fani meneruskan bahwasanya keluarga ibunya kurang memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan Fani dan saudara kembarnya. 

Hal ini diduga akibat masalah yang telah lalu dan tidak diketahui oleh Fani. Saat ujian kelulusan saat SD, Fani dan saudara kembarnya sangat antusias dan berusaha keras demi mendapatkan nilai yang terbaik. Namun, sehari sebelum ujian dimulai saudara kembar Fani ditemukan wafat akibat stress yang dialaminya. Hal itulah yang membuat diri Fani hancur dan begitu acuh tak acuh terhadap pendidikan nya sekarang ini.

Mendengar hal tersebut Bu Yanti terdiam sejenak dan bertanya pada Fani. "Fani pernah cerita ini ke teman Fani?" tanya Bu Yanti. "Fani nggak punya temen buat cerita bu, baru kali ini aja cerita sama ibu." balas Fani sambil murung. Bu Yanti langsung memeluk Fani untuk kedua kalinya dan berkata "Le, mulai sekarang anggep Ibu sebagai keluargamu ya nak, ibu siap jadi temen dan siap jadi sosok yang menemani dirimu, yuk kita pulang dulu." ucap Bu Yanti. "Iya bu, Fani mau, makasih banyak ya bu." balas Fani sambil mengusap air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun