Mohon tunggu...
Wafi Aisy
Wafi Aisy Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengembangan Problem Solving untuk Anak Autisme

19 Juni 2024   19:45 Diperbarui: 19 Juni 2024   19:49 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan saraf dan kelainan yang terjadi pada bagian cerebellum yang dapat memengaruhi pemrosesan sensorik-motorik, yang dapat meyebabkan faktor interaksi social, komunikasi serta adanya keterbatasan minat dan pola perilaku berulang yang. Amelia, A.P., (2019) Gangguan yang mereka miliki juga berbeda-beda baik sensorik maupun motorik mereka dari taraf yang ringan sampai dengan taraf yang berat. Gejala autis ini pada umumnya muncul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Sehingga dari permasalahan-permasalahan yang ada pada anak autis perlunya untuk menyususn program yang tepat unruk mengurangi perilku atau kebiasaan yang mengganggu kegiatan anak dan mengembangkan beberapa aspek untuk menunjang masa depan anak.

Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan peneiti mengambil satu orang berinisial (i) menjadi salah satu sempel, yang menjadi contoh objek yang menjadi salah satu informasi mengenai problem solving yang di miliki anak, anak sendiri memiliki beberapa problematika atau gangguan maupun hambatan yang perlunya untuk diberikan porgram yang tepat dan juga PPI yang tepat, berikut penjelasan mengenai program dari PPI untuk problem solving anak pada beberapa aspek.

  • Komunikasi

Pada aspek komunikasi (I) memiliki kebiasaan mengocehan tanpa arti berulang - ulang dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain, dari kebiasaan anak dapat mengganggu teman saat belajar maupun mengganggu anak dalam melaksanakan kegiatanya. Oleh karena itu program dari PPI yang sesuai dengan permasalahan anak yaitu dengan menerapkan metode social story juga dengan menggunakan Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning). Dengan program ini anak di bimbing oleh guru untuk membaca lalu bercerita pengalaman bersama, karena anak sangat excited dalam bercerita mengenai pengelaman yang pernah di alaminya maupun cerita menark lainya.

  • Interaksi Sosial

Selanjutnya pada aspek Interaksi Sosial anak (I) memiliki hambatan pada interaksi sosial dikarenaka anak lebih suka bermain sendiri dan anak mempunyai dunia sendiri pleh karena itu untuk mengembangan permasalahan pada anak di butuhkan program pembelajaran individu (PPI). Untuk mengembangkan interkasi anak dengan metode Role playing dalam Menggunakan Model pembelajaran Difrensiasi. Dengan metode ini untuk meningktkan interksi sengan teman sekitar dengan bermain peran dalam suatu cerita pendek yang di siapkan oleh guru.

  • Perilaku

Untuk perilaku amak (I) anak memiliki hambatan pada kebiasaan hand flaping dan dan juga sifat perfaksionis yang dimiliki, yang mana apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang di harapkan anak, (I) tidak mau melanjutkan kembali kegiatan selanjutnya. yang dapat menghambat kegiatan anak. oleh karena itu untuk dengan grogram PPI yaitu dengan menggunakan metode Applied Behavior behavior Analysis analysis (ABA) dalam penggunaan model pem belajaran langsung. Dengan penerapan ini mnegajarkan anak untuk dapat menyusun jadwal sendiri juga melatih motorik halus anak salam menempel kartu mencapt kartu dan juga mengajarkan anak untuk disiplin dalam pengerjaan kegiatan. Dan apabila anak tidak mau melanjutkan kegiatan karena hasil tidak sesuai beri mengertian dan penguatan positif, agar anak mau melanjutkan tugas selanjutnya. Apabila anak melakukan kebiasaan handflapping tegur anak ”(i) ”menyebut nama anak” anak normal atau anak autis, kalau anak normal tidak melakukan itu” maka anak akan dapat menghentikan kebiasaanya karena anak tidak suka apabila di sebut anak autis.

Anak  (I) memiliki hambatan pada aspek motorik yang mana pada aspek ini anak memiliki hambatan pada aspek motorik halus yang mana saat menggunting, dan menulis masih kaku dan tangan bergoyang-goyang saat melakukan kegiatan tersebut. yang menyebabkan hasilnya kurang rapi dan tulisanya sulit untuk dibaca dan dipahami oleh kerena itu dengan program pembelajaran individu ini diharapkan dapat mengembangkan  motorik halus anak dan mecapai tujuan yang positif. Dengan penerapan metode Modeling, dan dalam penerapan demonstrasi dalam Menggunakan Model pembelajaran langsung kepada peserta didik. Pembelajaran langsung bertujuan untuk memudahkan peserta didik mempraktekan langsung kegiatan pembelajaran ini secara bertahap. Yang mana kegiatan untuk membuat slime menjadi salah satu metode yang digunakan yang mana metode ini juga meningkatkan kreatifitas anak, bermain da juga untuk meingkatkan motorik halus.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. P., Widodo, A., & Fis, S. (2019). Pengaruh Neurosensori Reflex Integration dan Applied Behavior Analysis terhadap Peningkatan Sensoris pada Anak Autism Spectrum Disorder (ASD) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun