Mohon tunggu...
wafda0973
wafda0973 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

buat tugas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Media Sosial Terhadap Pemikiran Masyarakat Tentang Isu Lingkungan

28 September 2024   00:12 Diperbarui: 28 September 2024   02:31 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baik itu positif maupun negatif, banyak hal yang mendapatkan panggung karena adanya media sosial. Ini karena media sosial dikenal sebagai tempat berinteraksi dan berbagi informasi. Selain itu, media sosial juga berperan sebagai tempat penyebaran berita dan informasi. Banyak yang mengandalkan media sosial sebagai tempat mereka untuk mencari berbagai jenis informasi, mulai dari berita global hingga tren fesyen yang sedang booming. Salah satu jenis informasi yang banyak ditemukan di media sosial adalah unggahan yang berkaitan dengan isu lingkungan. Contohnya, permasalahan yang terdapat di Indonesia adalah deforestasi. Indonesia yang sebelumnya dikenal sebagai "paru-paru dunia" kini telah kehilangan sebanyak 106,4 ribu ha hutannya per tahun 2022. Selain masalah deforestasi, Indonesia juga mengalami masalah pencemaran air akibat limbah yang tidak diolah secara benar.
Karena media sosial adalah pusat pembagian informasi di era modern ini, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan sekitar dapat ditingkatkan melalui berbagai jenis media, diantaranya artikel, video edukatif, dan infografis. Yang pertama, artikel yang informatif dapat menyajikan analisis menyeluruh tentang berbagai masalah lingkungan dengan konteks yang jelas dan data yang akurat. Yang kedua, video edukatif menawarkan metode penyampaian informasi yang menarik dan mudah diakses, serta dapat menyederhanakan dalam penjelasan tentang suatu konsep yang sulit. Yang terakhir, infografis memungkinkan masyarakat untuk memahami data dengan cepat dan mengingat hal-hal penting yang bersangkutan dengan masalah dan konsep tersebut.
Selain itu, kita juga bisa memanfaatkan hal-hal yang dapat memasukkan konten yang sudah diupload ke dalam beranda masyarakat luas, seperti penggunaan tagar, menciptakan challenge yang berhubungan dengan isu yang sedang diangkat, dan berbagai hal lain yang bersifat interaktif terhadap audiens. Kita juga dapat menaikkan konten dengan cara berbayar, yaitu memanfaatkan sponsored ads, dimana hal ini dapat menjangkau audiens luas dalam waktu yang lebih singkat dan cepat.
Aplikasi dan platform media sosial dapat mempromosikan kegiatan lingkungan. Organisasi atau individu membuat halaman atau akun yang berfokus pada penyelesaian masalah lingkungan. Di sana, mereka dapat berbagi informasi tentang kegiatan yang akan mereka

 laksanakan di waktu yang akan datang, dan berita terkait lingkungan lainnya. Unggahan yang menarik, seperti gambar dan video kegiatan lingkungan, dapat meningkatkan minat dan meningkatkan kesadaran pengguna. Organisasi dapat mengadakan acara langsung seperti webinar atau diskusi panel yang dapat diakses oleh banyak orang sekaligus dengan menggunakan fitur seperti live streaming. Semua ini berkontribusi pada peningkatan partisipasi umum dan dukungan untuk kegiatan lingkungan.
Penyebaran isu lingkungan melalui penggunaan media sosial memiliki banyak sisi positif. Pertama, media sosial memungkinkan informasi tentang isu-isu lingkungan disebarluaskan dengan cepat dan luas, serta menjangkau audiens global dalam waktu singkat. Ini meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah-masalah lingkungan yang mungkin tidak diketahui sebelumnya. Selain itu, platform-platform yang terdapat di media sosial memberikan ruang bagi suara dari berbagai komunitas, termasuk mereka yang terdampak langsung oleh masalah lingkungan. Ini menciptakan peluang untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan solusi dari hasil kesepakatan masyarakat, membangun solidaritas antar komunitas dan aksi kolektif. Media sosial juga memfasilitasi kolaborasi antara individu, organisasi, dan pemerintah. Kampanye dan gerakan dapat diorganisir dengan lebih mudah, dan lebih cepat mendapatkan dukungan untuk aksi peduli lingkungan seperti pemungutan sampah di pantai atau menanam pohon.
Setiap sisi positif pasti memiliki sisi negatif, salah satunya adalah risiko penyebaran informasi yang tidak akurat atau hoaks. Informasi terkait isu lingkungan yang tidak memiliki data yang benar dapat menyesatkan publik dan mengurangi kepercayaan pada sumber yang valid. Selain itu, sering kali terjadi oversimplifikasi isu yang sulit untuk dimengerti, di mana masalah lingkungan yang rumit dijelaskan secara dangkal dan tidak beserta detail-detail penting. Hal ini berkemungkinan menyebabkan pemahaman yang keliru. Media sosial juga dapat menciptakan efek polarizing, di mana diskusi tentang isu lingkungan menjadi sangat emosional dan memecah belah masyarakat. Hal ini dapat menghambat kolaborasi antar masyarakat hanya karena mereka memiliki pandangan yang berbeda. Ketergantungan pada konten viral juga bisa menjadi masalah, di mana yang menjadi sasaran fokusnya adalah mendapatkan perhatian daripada menyampaikan informasi yang mendidik. Hal ini bisa mengalihkan perhatian dari tindakan nyata yang diperlukan untuk mengatasi isu lingkungan. Akhirnya, penggunaan media sosial dapat memunculkan tindakan "slacktivism," di mana orang merasa telah melakukan sesuatu hanya dengan membagikan atau menyukai konten, tanpa berkontribusi pada tindakan yang lebih signifikan.

 Salah satu contoh kampanye peduli lingkungan yang dilaksanakan melalui media sosial adalah aksi mogok sekolah yang diinisiasi oleh Greta Thunberg, seorang aktivis lingkungan berkebangsaan Swedia yang menciptakan gerakan yang bernama "Fridays for Future". Kampanye ini menghimbau anak-anak dari berbagai pelosok dunia untuk meninggalkan kegiatan sekolah setiap hari Jumat guna mengadakan protes yang menuntut pemerintahan di negara mereka masing-masing untuk melakukan tindakan terhadap perubahan iklim yang terjadi. Berkat pemanfaatan media sosial yang baik, Thunberg menjadi seseorang yang berpengaruh dalam forum internasional, seperti PBB dan konferensi iklim, di mana ia menekankan urgensi masalah dan perlunya tindakan nyata. Melalui pidato-pidatonya yang diunggah ke media sosial, ia menarik perhatian global dan menginspirasi jutaan orang untuk berpartisipasi dalam aksi iklim.
Media sosial memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan. Platform media sosial memungkinkan informasi tentang masalah lingkungan disebarluaskan dengan cepat dan menjangkau audiens global dalam waktu singkat. Kemudian, media sosial memberi ruang bagi berbagai pendapat dan perspektif, termasuk dari komunitas yang terdampak langsung, sehingga menciptakan dialog yang lebih inklusif. Konten menarik seperti video, gambar, dan infografis dapat mengedukasi masyarakat dengan cara yang mudah dipahami. Penggunaan hashtag dan tantangan viral juga mendorong keterlibatan masyarakat yang lebih luas. Dengan semua ini, media sosial tidak hanya meningkatkan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun