Mohon tunggu...
Wafa Nurbayinah
Wafa Nurbayinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Ailurophile

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyebab Anak Berbuat Tindakan Kekerasan

19 Januari 2024   22:28 Diperbarui: 19 Januari 2024   22:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan pada setiap anak tentu berbeda tergantung dari lingkungannya seperti di lingkungan sekolah, masyarakat, serta keluarga. Tetapi yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak adalah di lingkungan keluarga dimana anak tumbuh dan berkembang pertama kali dan anak mendapatkan sebuah pembelajaran ada di dalam keluarga. Beberapa anak tumbuh di lingkungan dengan banyaknya kekerasan sehingga anak melakukan hal yang sama kepada anak lain. Hal tersebut tentunya sangatlah merugikan anak-anak lain yang ada di sekolahnya, termasuk anak yang melakukan tindak kekerasannya itu sendiri. 

Orang tua merupakan orang yang paling berperan dalam perkembangan anak, baik itu perkembangan fisik maupun perkembangan sikap. Dalam mendidik anak tentunya butuh ilmu yang cukup agar kelak anak dapat tumbuh menjadi anak yang baik dan bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Namun tak sedikit orang tua yang salah dalam mendidik anak, faktor yang paling banyak menyebabkan salahnya pola asuhan yaitu pernikahan yang terlalu dini. Di pernikahan dini banyak mengalami berbagai masalah, salah satunya ketidaksiapan secara fisik maupun mental, ketidaksiapan ekonomi, dan ketidaksiapan dalam mengasuh serta mendidik anak. Hal tersebutlah yang menyebabkan pernikahan dini menimbulkan rekor perceraian dan menimbulkan anak yang melakukan tindak kekerasan di lingkungan sekolahnya. 

Di masa sekarang ini ketika berada di lingkungan sekolah banyak ditemukan berbagai kasus tindak kekerasan, tentunya kita semua tidak asing mendengar kata bullying yang berarti kekerasan yang dilakukan secara sengaja oleh siswa terhadap siswa lain yang dilakukan secara berulang, tujuannya yaitu menyakiti fisik maupun psikis korban. Contoh bullying di lingkungan sekolah adalah memukul, mendorong, bahkan menendang teman karena tidak mau mengikuti perintahnya. Adapun contoh kasus bullying verbal yaitu menyindir, mengolok-olok, dan menghina korban dengan sengaja. 

tindakan tersebut akan menimbulkan anak menerapkan perbuatan yang dilakukan oleh orang orang sekitar. mereka melihat serta melakukan apa yang orang lain lakukan tanpa mengetahui apakah tindakannya baik atau kurang baik. 

Hal yang menyebabkan terjadinya bullying yaitu, pelaku pernah menjadi korban kekerasan di lingkungan rumahnya karena latar belakang orang tuanya yang mengalami pernikahan dini dan belum memiliki kesiapan dalam mengurus anak. karena ketidaksiapan itulah membuat orang tua menerapkan pola asuh yang salah terhadap anaknya dan membiarkan serta membebaskan anak untuk melakukan hal apapun yang anak inginkan, otomatis sang anak bebas melakukan berbagai hal termasuk bullying terhadap teman-teman di sekolahnya. Ketidaksiapan orang tua juga mempengaruhi kualitas perhatian orang tua kepada anak, orang tua yang tidak memiliki kesiapan cenderung tidak cuek, tidak memperhatikan, dan tidak peduli terhadap apa yang anaknya lakukan. 

Ciri-ciri anak yang menjadi korban bullying adalah anak tersebut cenderung diam dan menyendiri, kehilangan semangat belajar, prestasi yang menurun, dan adanya luka lebam di bagian tubuhnya. Sedangkan ciri-ciri pelaku bullying adalah egois dan selalu ingin menjadi yang berkuasa di kelas, mudah marah, dan tidak sedikit pun memiliki rasa empati terhadap sesama serta tidak merasa bahwa hal yang telah dirinya lakukan terhadap temannya itu merupakan hal yang salah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun