Mohon tunggu...
wafa nabihah
wafa nabihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - hi

be your self

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Strategi Media TV di Era Industri 4.0 dalam Upaya Menjaga Eksistensinya

4 Juni 2021   16:02 Diperbarui: 4 Juni 2021   16:29 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Perkembangan dunia komunikasi dan informasi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Komunikasi dan informasi sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat, karena sudah merupakan sebuah kebutuhan masyarakat. Dunia komunikasi dan informasi beserta perkembangan-perkembangan teknologi berkontribusi dan memberikan manfaat bagi masyarakat, kemudahan-kemudahan yang didapatkan dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini.

Kemudahan akses informasi menjadi tidak terbendung melalui informasi-informasi yang diberikan kepada masyarakat melalui berbagai akses media massa. Akses informasi melalui media massa semakin bertambah banyak dengan bertambahnya bentuk-bentuk atau perkembangan media massa dari waktu ke waktu. Mulai dari penemuan alat cetak pertama kali oleh Johanes Guttenberg hingga media perkembangan media massa saat ini yang beragam.

Televisi merupakan salah satu bentuk media massa yang cukup fenomenal pada masa penemuannya, karena bisa menggabungkan unsur-unsur audio dan visual secara sekaligus. Penemuan televisi ini banyak membawa perubahan tidak hanya pada perkembangan teknologinya saja, tetapi juga membawa pengaruh kepada kehidupan masyarakat atau khalayaknya. Pengaruh ke dalam berbagai aspek kehidupan di dalam masyarakat bisa dipengaruhi oleh televisi, seperti misalnya pengaruh terhadap budaya masyarakat, pendidikan, ekonomi, kehidupan sosial, dan lainnya.

Lembaga-lebaga stasiun televisi sebagai penghasil produk konten acara perlu lebih jeli dan memastikan bahwa media televisi memang aman dan layak untuk ditonton sehingga efek yang diharapkan yaitu relasi harmonis antara perempuan dan laki-laki dapatterwujud. Mereka diharapkan dapat memberikan konten informasi yang tidak melulu memberitakan informasi negatif atau kurang menguntungkan untuk perempuan sebagai korban saja, tetapi juga mengenai banyak hal yang lebih positifdan dibutuhkan oleh perempuan di Indonesia. Dengan demikian kesadaran tentang relasi positif antara perempuan laki-laki dapat terbangun dan mendorong perempuan untuk meningkatkan kapabilitas dirinya sehingga dapat lebih memaksimalkan upaya yang dapat diberikan kepada keluarga dan tentunya masyarakat secara umum.

Kita semua pasti membutuhkan informasi tentang bagaimana mengarahkan anak-anak mereka yang sudah lebih pandai menggunakan media internet. Alih-alih banyak orangtua bermaksud membatasi anak bermain gadget tetapi malah mendorong menonton televisi yang mereka pun tidak tahu bagaimana memanfaatkannya dengan benar.

Temuan hasil evaluasi workshop yang peneliti lakukan, ternyata juga sejalan dengan temuan beberapa peneliti literasi media televisi lainnya di beberapa daerah di Indonesia. 

Latifah (2014) melakukan penelitian deskriptif tentang aktivitas pendampingan anak menonton televisi. Kemampuan literasi media televisi orang tua pada intinya terbagi dalam dua bagian yaitu kelompok pasif dan kelompok aktif. Kelompok pasif adalah mereka yang lebih banyak diam tidak bereaksi dan menerima begitu saja informasi, sehingga terjadi pembiaran penggunaan televisi oleh anak-anaknya tanpa pengawasan. Orang tua yang pasif ini lebih banyak jumlahnya dari pada kelompok aktif. 

Sementara kelompok aktif adalah mereka yang melakukan pembatasan ketika memberikan kesempatan pada anak-anaknya untuk mengakses media televisi. Kemampuan literasi ini terlihat ditentukan pula tingkat pendidikan, status ekonomi, faktor pengalaman, karir dan tingkat religiusitas. Meskipun dengan metode yang berbeda-beda, kemampuan literasi orang tua untuk menentukan penggunaan konten media televisi yang ramah dan anak masih terbatas. Literasi yang dilakukan masih pada tahap awal yaitu pada pembatasan jam menonton, pilihan program dan pendampingan ketika menonton televisi.

Hasil simpulan yang kurang lebih sama juga ditemukan Thadi (2017) yang melakukan penelitian dengan pendekatan studi fenomenologis. Literasi media yang dimaksud di sini bukan berarti melarang menonton televisi, tetapi menentukan tindakan-tindakan preventif orang tua untuk memilih tayangan sehat bagi anak-anaknya agar terhindar dari dampak negatif televisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan berada pada level dasar, mampu mengoperasikan media tapi kurang mampu menganalisis konten media secara mendalam. 

Sementara Ginting dan Pratiwi (2017) meneliti dengan metode deskriptif literasi para orang tua yang memiliki anak usia 6-9 tahun. Informan ditentukan adalah 4 (empat) pasang suami istriyang memiliki pembagian tugas ayah bekerja dan ibu yang bertugas sebagai Ibu Rumah Tangga. Kompetensi yang ingin dicari tahu adalah pengetahun dan ketrampilan literasi. Mereka menemukan bahwa literasi media televisi yang dilakukan orang tua juga sangat sederhana, masih hanya sebatas pada pemahaman saja.

Perkembangan media online dan media sosial yang cepat berdampak pada penguasaan dan penyebaran informasi yang tidak berfokus pada perusahaan media, akhirnya kemudahan yang ada pada media sosial mengeser media mainstream, yang menjadi ancaman bagi media mainstream atau media konvensional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun