Mohon tunggu...
Wadji
Wadji Mohon Tunggu... Dosen - Ketua Umum Perkumpulan Ilmuwan Sosial Humaniora Indonesia (PISHI)

Love4All

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Nadiem adalah Ujian bagi Zaman Kalabendu

4 Agustus 2020   21:05 Diperbarui: 5 Agustus 2020   08:41 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim (Dok. Kemdikbud)

"Tidak ada perubahan dan inovasi tanpa ambil risiko. Kemajuan itu namanya mencoba hal baru. Ada ketidaknyamanan, keluar dari zona nyaman, beberapa ada yang berhasil dan ada yang tidak. Kita belum cukup melakukan eksplorasi," kata Nadiem Makarim dalam Webinar Nasional bertema "Recovery Pembangunan Nasional Pasca Pandemi melalui Konsep Pentahelix" yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa), sebagaimana dikutip Liputan6.com (4/8).  

Nadiem Makarim memang menteri yang paling sering mengobarkan semangat perubahan. Sebagai representasi generasi muda yang cerdas, sosok Nadiem memang menjadi harapan baru bagi perubahan, terutama bidang pendidikan yang diayominya. 

Di tengah-tengah masyarakat yang cepat kagum, sekaligus cepat tersulut emosinya, Nadiem dipuja-puja melebihi artis India pujaannya.

Beberapa saat pasca pelantikannya sebagai menteri, Nadiem Makarim, sebagaimana dikutip Kumparan.com (31/10/19) menyatakan bahwa salah satu yang akan dia lakukan adalah mengubah wajah birokrasi di Kemdikbud. Prioritasnya adalah deregulasi dan debirokratisasi. Kalangan yang anti perubahan telah tergugah dari tempat tidurnya yang nyaman.

Ya, memang Nadiem adalah sosok yang anti kemapanan. Beberapa istilah dan program yang digagas memang memiliki nuansa perubahan. Kampus Merdeka, Merdeka Belajar, Guru Penggerak, Dosen Penggerak, Mahasiswa Penggerak, dan Program Organisasi Penggerak adalah serangkaian program yang akan mengubah wajah pendidikan di negeri ini.

Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka menjadi topik-topik seminar di sejumlah perguruan tinggi.

Merdeka Belajar mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat, terutama kalangan yang berkecimpung di dunia pendidikan, sementara itu sejak dicanangkan, Kampus Merdeka mendapatkan respon pro dan kontra hingga saat ini. 

Belum usai perdebatan masalah Kampus Merdeka, Program Organisasi Penggerak (POP) menyusul menjadi bahan perdebatan baru. Hiruk-pikuk tentang POP mengantarkan Nadiem menjadi menteri yang paling kontroversial. 

POP menjadikan Nadiem kian top, dan sebagaimana dikutip Kompas.com (28/7) Nadiem pun menyampaikan permohonan maafnya.

"Dengan penuh rendah hati, saya memohon maaf atas segala ketidaknyamanan yang timbul dan berharap agar ketiga organisasi besar ini bersedia terus memberikan bimbingan dalam proses pelaksanaan program, yang kami sadari betul masih jauh dari sempurna."

Sebelumnya diberitakan bahwa tiga ormas besar mengundurkan diri dari Program Organisasi Penggerak (POP). Program Organisasi Penggerak menurut laman Kemdikbud.go.id, akan mendorong hadirnya Sekolah Penggerak yang berkelanjutan dengan melibatkan peran serta organisasi. Fokus utamanya adalah peningkatkan kualitas guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun