Mohon tunggu...
Prasetyo Adie
Prasetyo Adie Mohon Tunggu... -

Belajar menyentuh yang ringan, sebelum mengangkat yang berat. Semua ada waktunya. Semua perlu proses, semua perlu pengorbanan. Tak ada "jalan pintas" untuk capai kesuksesan. www.wacana.org

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PDIP

31 Desember 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:10 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12937644461580087665

PDIP sangat akrab di telinga publik. Ketika mendengar kata ini, sesegera mungkin pikiran kita tertuju pada sosok Megawati Soekarno Putri, atau lambang banteng gemuk, atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Namun, PDIP yang saya maksud di sini bukan itu. PDIP dalam hal ini saya konotasikan sebagai Pokoke Dompet Isi Penuh. Penuh, dalam hal ini tentu saja penuh dengan uang. Tak hanya penuh dengan kartu nama, foto, atau bahkan jimat. Bagi orang kaya, dompet kecil yang penuh dengan uang tentu tidaklah cukup. Dompet kecil, paling banter terisi sekitar 5 juta. Mungkin masih ditambah kartu ATM, kartu Kredit, dan kartu-kartu lainnya. Entah totalnya jadi berapa.

Jika kurang puas dengan dompet ukuran kecil, orang berpunya bisa memakai dompet berukuran Mega. Ukuran ini, dalam pikiran saya sebanding dengan tas ransel. Di dalam tas ransel ini, mereka bisa mengisinya dengan berlembar-lembar uang seratus ribuan. Ya, totalnya kira-kira dapat mencapai 500 juta. Atau bisa diisi dengan perhiasan, emas batangan, surat-surat berharga, dan dokumen-dokumen yang bisa langsung dicairkan. Bisa Anda bayangkan, sangat berat tentu jika harus menenteng dompet ukuran Mega ini.

Kalau tidak puas juga, seperti cerita Raja Midas yang terkenal itu, Anda bisa menggunakan dompet ukuran Peti Kemas. Wow! Peti Kemas tentu bukan barang yang lazim untuk dipergunakan sebagai dompet. Orang-orang kaya umumnya menggunakan brankas. Ukurannya bisa bermacam-macam. Ada yang sebesar meja tulis, sebesar lemari baju, atau bahkan seukuran mobil box. Nah, memakai brankas seukuran Peti Kemas inijauh lebih aman dan dapat menampung banyak uang dan barang berharga. Berapa ya kira-kira? Ya mungkin bertriliyun-triliyun.

Tak semua orang bisa mempunyai PDIP. Jelas, hanya orang-orang tertentu saja. Bagi orang seperti saya, dan kebanyakan penduduk Indonesia, dompet memang bisa berisi penuh. Tapi penuh dengan uang seribuan, penuh dengan kartu nama, atau bahkan penuh dengan jimat-jimat. Tentu lain cerita isi dompet karyawan kantoran, pegawai pemerintah, bekas pejabat, atau pejabat negara. Lain pula isi dompet Bu Ani Yudhoyono, Pak Beye dan keluarganya, Arifin Panigoro, Abu Rizal Bakrie, Gayus Tambunan, dan sebagainya. Dompet penuh mereka tidak hanya berukuran mini, tetapi juga berukuran Mega dan punya brankas Peti Kemas.

Selain pejabat publik, para pengusaha sukses tentu saja bernasib serupa. Di antara nama-nama orang kaya kelas dunia terselip lima nama orang kaya dari Indonesia yang memiliki harta di atas 1 miliar dollar AS. Mereka adalah Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, dua bersaudara pemilik Grup Djarum. Kemudian Sukanto Tanoto, pemilik imperium bisnis Raja Garuda Mas (RGM) Grup; Martua Sitorus, pendiri Wilmar International; serta Peter Sondakh, pendiri Grup Rajawali. Mereka pula yang kini menjadi lima orang terkaya di Indonesia (Majalah Forbes-11/3/2009).

Begitulah, PDIP telah menjadi cermin kesenjangan ekonomi yang sangat mencolok di antara kemiskinan dan ketimpangan yang kita alami. Bagaimana mereka kita rampok bersama-sama? Beranikah Anda? (*)

Adie Prasetyo: Merintis Penerbitan Buku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun