ISIS akhir-akhir ini menjadi topik hangat di berbagai media massa, baik yang berbasis nasional maupun berbasis komunitas keagamaan, bahkan saat ini media berbasis komunitas keagamaan telah satu bingkai kosakata dengan media nasional dalam menyebut ISIS. Jika sebelumnya banyak media berbasis keagamaan menyebut ISIS dengan embel-embel “Mujahidin, Pejuang Islam”, kini kosakata tersebut tidak lagi digunakan. Jika diperhatikan, perubahan kosakata tersebut dikarenakan Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan status waspada terhadap ISIS. yah, meskipun media bersangkutan meluruskan dengan alasan karena syekh tidak sepakat dengan gerakan ISIS.
Kita tahu bahwa tidak jarang penggunaan kosakata yang berbeda antara media nasional dan media keagamaan dalam menyebut peristiwa politik yang ada di Timur Tengah. Contoh, peristiwa Suriah: “Pemerintah vs Oposisi” dalam bingkai media nasional – “Rezim Kafir vs Mujahidin” dalam bingkai media berbasis keagamaan. Kosakata media nasional lebih netral, sedangkan kosakata media berbasis keagamaan lebih provokatif, bahkan terkesan memaksa dalam menggunakan kosakata.
Disini kita akan memaparkan pilihan kosakata berbagai media keagamaan dalam menyajikan berita ISIS terutama sebelum Pemerintah Indonesia mengeluarkan status waspada terhadap ISIS, atau menurut media bersangkutan sebelum syekh mengeluarkan fatwa tidak sah nya gerakan ISIS. Dari penyajian tersebut kita akan melihat adanya pemaksaan kosakata yang dilakukan media-media keagamaan tentang konflik Irak, bahwa konflik antara ISIS dengan tentara Irak adalah konflik antara mujahidin dengan syi’ah. ISIS disebut mujahidin, sedangkan tentara Irak disebut syi’ah. Tentu penggunaan kosakata ini dimaksudkan untuk melempar opini kepada publik agar mengikuti cara pandang media tersebut, agar publik dapat memandangnya sebagai konflik antara ISIS sebagai yang benar dan tentara Irak sebagai yang salah.
Perhatikanlah laman berikut :
Media Arrahmah
Media Era Muslim
http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/siapakah-isis-yang-kalahkan-militer-syiah-irak.htm
Media Hidayatullah
Media Islamedia
http://www.islamedia.co/2014/06/tokoh-spiritual-syiah-ayatullah-ali-al.html
Media Islampos
http://www.islampos.com/ulama-syiah-irak-dukung-militer-lawan-pejuang-isis-114897/
http://www.islampos.com/ribuan-milisi-syiah-irak-gelar-unjuk-kekuatan-untuk-hadapi-isis-117255/
http://www.islampos.com/ketakutan-syiah-turkmen-siap-lawan-isis-116372/
Media Voaislam
Sebaliknya jika kita mengambil berita ISIS dari media nasional, tentu kita tidak akan menemukan kosakata keagamaan - mujahidin/pejuang islam, ini dikarenakan kode etik yang harus diperhatikan media nasional dalam menyampaikan berita. Selain itu juga media sebaiknya bersikap lebih independen dan tidak memaksakan cara pandang nya kepada publik.
Perhatikan laman berikut :
Kompas
Liputan 6
http://news.liputan6.com/read/2070251/tentara-irak-klaim-rebut-kembali-tikrit-dari-militan-isis
merdeka
sindonews
http://international.sindonews.com/read/880737/43/isis-tewaskan-panglima-tinggi-militer-irak
Muatan berita tentang ISIS oleh media nasional diatas lebih menggunakan kosakata yang lebih netral, tidak menambahkan embel-embel mujahidin/pejuang islam, tetapi lebih menggunakan istilah militan atau pemberontak untuk gerakan politik bernama ISIS, begitu juga untuk pasukan kenegaraan Irak/Suriah, pilihan kosakata yang digunakan media nasional adalah Militer/Tentara Pemerintah, bukan Tentara Syi’ah Irak. Meskipun demikian, kita juga harus objektif bahwa tidak semua media berbasis keagamaan dalam menyajikan berita Timur Tengah melulu bersifat provokatif seperti yang telah disebutkan diatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H