Mohon tunggu...
Evi Wulandari
Evi Wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru

#PeramuDiksi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menuntun Peradaban Lebih Asyik daripada Menuntut Peradaban

24 Januari 2019   13:57 Diperbarui: 24 Januari 2019   14:08 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah peradaban sejatinya memang harus berkembang untuk kehidupan yang lebih baik. Di setiap peradaban selalu ada sensasi yang mengharuskan pelakunya untuk terus berpikir melesat lebih jauh. 

Terutama di era industri 4.0 seperti saat ini, di mana persaingan semakin meningkat dan perkembangan teknologi yang semakin menggila, khususnya dunia digital. 

Ini yang seharusnya bisa melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang saleh dan cerdas, yang tak hanya pandai beretorika saja dalam menghadapi masanya. Terlebih lagi dengan kelihaian jari yang tak diimbangi dengan pikiran yang jernih. Sungguh miris.

Dengan banyaknya hal yang terjadi pada negeri ini yang menyangkut juga kepentingan generasi muda, seperti masalah globalisasi yang tidak jarang menyeret generasi muda ke arus zaman dan nyaris kehilangan identitas diri. 

Kebanggaan akan tren dari luar melebihi kebanggaan akan warisan leluhurnya sendiri. Sudah banyak terjadi sekarang ini bahwa jika ingin melihat yang baik-baik dan yang bagus-bagus, maka lihatlah "ke luar". Namun, sebaliknya jika ingin melihat yang buruk-buruk, maka lihatlah "ke dalam".

Persepsi seperti inilah yang harus di balik dari benak para generasi zaman now. Sudah saatnya generasi saat ini untuk bangkit dan kembali memupuk diri. Bagaimana bentuk pemahamannya disesuaikan dengan perkembangan pada era saat ini, namun dirangkai dengan cara baru yang lebih segar. Semua itu dapat dimulai dari diri kita sendiri. 

Meningkatkan kualitas diri, mengimplementasikan kemampuan diri ke dalam ranah nyata untuk kebermanfaatan orang banyak, bahu-membahu membangun bangsa dengan kompetensinya di bidangnya masing-masing untuk Indonesia yang semakin jaya.

Ali Bin Abi Thalib R.A pernah mengatakan "Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu". Dari sini kita bisa pahami bahwasanya perkembangan sebuah peradaban memang harus berubah, ini sebuah tantang untuk kita semua. Kita harus bisa menerima kemajuan, perkembangan, dan juga pemikiran. 

Namun, sebelum itu terjadi sejatinya kita harus bisa selalu mengingatkan pada generasi zaman now, agar selalu berpegang teguh pada agama, karena ini merupakan pondasi yang paling utama dan harus dijaga. Kemudian, tuntunlah hatinya (sentuh hatinya terlebih dulu). Karena hati merupakan buah dari hulu-hilir perasaan dan pemikiran. Barulah setelah itu kita tuntun pola pikirnya dengan hal yang baik-baik.

Dengan adanya pondasi yang kuat, kita harus yakin dapat mengantarkan para generasi zaman now bisa berbicara dan melakukan banyak hal dalam sebuah peradaban. Bahkan, William Shakespeare pun pernah mengatakan dalam Hamlet, act II, scene II "There is nothing either good or bad, but thinking makes it so"  ("Tidak ada sesuatu yang baik atau jelek, tetapi pikiranlah yang membuatnya baik atau jelek"). Kita sama-sama bisa pahami bahwa sesungguhnya manusialah yang membuat sebuah perkembangan itu baik dan buruk. Sebuah peradaban akan dapat terlaksana dengan baik bila dilakukan dengan keteduhan hati yang lapang.

Tak perlu kita menyalahkan sebuah peradaban. Dunia ini dinamis, biarlah terus berjalan sesuai dengan porsinya. Tuntutan dari sebuah perubahan peradaban bukanlah untuk menggambarkan sebuah kemajuan pola hidup dan pemikiran, karena pola hidup dan pemikiranlah yang menuntun sebuah perubahan peradaban itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun