Tiap kali kau pukul aku tanpa ampun, kau tampar mukaku sampai merah dan kauinjak-injak tubuhku hingga lebam.
Bahkan luka yang belum juga mengering inipun masih kau siram lagi dengan garam juga sesekali kau lumuri dengan cabe pedas ... perih, pedih rasanya.
Sayang, apakah kau tak mendengar jeritanku yang menyayat hati ini ?
Atau kau memang pura-pura tak mendengarnya ?
Ingin rasanya kupergi saja meninggalkanmu atau minggat dan tak kembali lagi untuk selama-lamanya.
Namun aku tak kuasa, aku tak sanggup melakukannya ... karena aku terlalu mencintaimu.
Kadang terbersit dalam pikirankau tuk melaporkan tindakan KDRT ini ke Komnas HAM.
Tapi demi cintaku padamu, kuurungkan niatku itu dan memilih bertahan disisimu.
Biarlah aku korbankan seluruh jiwa dan raga ini hanya untukmu
Meski kutahu suatu saat nanti jika tubuh ini telah hancur dan menjadi cacat, kau pasti akan mencampakkanku.
Entah sampai kapan aku akan begini, aku hanya bisa pasrah menerima nasibku
Dan aku hanya bisa berharap semoga kauberikan aku tempat yang nyaman di dapurmu yang indah ...
Salam
Cobek/Ulekan/Munthu dan sebangsanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H