Mohon tunggu...
Surya Wagito
Surya Wagito Mohon Tunggu... -

HAMASAH!!!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sedikit Lebih Dekat dengan Kabupaten Lahat

22 Desember 2012   14:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11 4957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lahat. Apa yang pertama terlintas dipikiran kita tentulah sebuah luang berukuran 0,5 x 2 meter yang biasanya tersedia untuk tempat peristirahatan terakhir orang-orang yang nyawanya telah kembali kepada sang Pencipta. Eitss, jangan membayangkan kesana dulu. Dalam kesempatan kali ini, penulis ingin memperkenalkan Kabupaten Lahat, sebuah kabupaten yang masih tergolong asri yang berada di Provinsi Sumatera Selatan. sumber:Google ; kabupaten Lahat berada pada lingkaran merah. Setelah tahu bahwa Lahat disini bukanlah seperti lahat yang kita bayangkan, tentunya akan muncul pertanyaan baru yang tidak kalah horrornya dengan pemikiran kita diawal, misalnya, "Kenapa ya namanya "Lahat"? Jangan-jangan..". Ini merupakan hal yang lumrah saya temukan saat saya memperkenalkan diri saya kepada teman-teman baru saya. Tapi tentu saja asal muasal nama Lahat sebagai nama tanah kelahiranku tidaklah sesuram yang ada dibayangan rekan rekan sekalian. Di Kabupaten Lahat, terdapat sebuah sungai yang mana sungai ini sering dilewati kapal roda lambung yang menelusuri daerah dan singgah untuk menjual barang dagangan. Dari sinilah asal mula nama kota Lahat lahir, yaitu pada saat kapal meninggalkan daerah yang disinggahi maka orang setempat pulang dari pinggir sungai yang dalam bahasa Lahatnya Larat (pergi). Sampai sekarang masih ada daerah yang bernama "Pasar Bawah" yang berarti pasar yang dekat dengan daerah sungai. Jadi sejarahnya bukanlah tentang pertumpahan darah yang mengakibatkan banyaknya banyak orang yang diliang-lahatkan. Tapi ada cerita lain yang saya terima dari orang tua saya terkait kota kelahiranku itu. Beliau mengatakan bahwa dulunya, Kabupaten Lahat merupakan tempat pertempuran pribumi melawan penjajah, seperti medan perang. Karena banyaknya orang yang meninggal dalam pertempuran itu dan penguburan jenazahnya tidak dilakukan selayaknya. Sehinnga setelah pertempuran itu wilayah tersebut tak udahnya sebuah kuburan raksasa yang menampung mayat-mayat entah itu pejuang ataupun penjajah dalam jumlah yang sangat banyak. Terkait cerita mana yang benar, silahkan pembaca memberikan penilaian masing-masing.

13561840321897627349
13561840321897627349
Lebih dekat dengan sesuatu, tak lengkap rasanya tanpa mengetahui baik dan buruknya sesuatu itu. Mungkin dimulai dari hal yang kurang baik terlebih dahulu agar kelak hal baik dapat menutupi kekurangan diawal ini. Hal pertama yang saya cermati selama saya tinggal di Kabupaten Lahat adalah masalah lingkungan. Meskipun hutan, perkebunan dan sesuatu yang berkaitan dengan si "hijau" masih cukup asri disini, namun terjadi penurunan yang cukup drastis dalam sepuluh tahun terakhir. Terutama yang terjadi pada sungai Lematang yang merupakan sungai yang melegenda dikabupaten ini. Saya masih ingat betul, dulu, waktu saya berusia 11 tahun, saya sering berkeliling bersama teman-teman sebaya saya, entah itu masuk hutan untuk mencari sesuatu yang baru, mencari kepiting di daerah persawahan, berenang di sungai Lematang, dll. Kesan yang saya ingat saat itu adalah hutan yang hijau dan lebat, daerah persawahan yang becek meskipun musim panas, dan sungai lematang yang airnya cukup meluap. Tapi apa yang akan rekan-rekan saksikan saat ini tidaklah sama dengan apa yang pernah saya  lihat 10 tahun lalu. Saat ini, hutan masih cukup hijau namun jumlah pohon yang anda temui sangat jauh berkurang dibanding apa yang pernah saya lalui dulu. Penebangan hutan untuk berbagai keperluan menjadi alasan utama, belum lagi kerusakan hutan akibat hal-hal lain seperti pertambangan batubara. Sungai Lematang yang kini mulai kering saat musim panas tiba, sehingga sungai yang dulunya mampu dilalui kapal roda lambung, kini hanya tampak seperti kali kecil saja. Mungkin hal ini tidak hanya terjadi di tanah kelahiran saya, tapi hampir semua daerah di Indonesia bahkan dunia mengalami kejadian serupa. Ini mungkin yang orang-orang bilang sebagai efek dari pemanasan global dan memang benar, ini bukanlah permasalahan sepele. Saya rasa cukuplah tentang hal yang kurang baik. Karena bagaimanapun tempat ini merupakan tanah kelahiran saya, sifat subjektif tentu tidak bisa saya hilangkan begitu saja dari diri ini. Hal pertama terkait positive things yang akan saya sampaikan mungkin mengenai sungai Lematang. Dari awal telah disebutkan, tentunya menggugah rekan-rekan sekalian untuk menyelam lebih dalam terkait kejadian alam yang satu ini.
1356185326903518290
1356185326903518290
Apa yang istimewa dari sungai Lematang? Itu adalah salah satu pernyataan yang pernah diajukan ke saya beberapa waktu lalu. Sempat terpikir oleh saya jawaban apa yang harus saya berikan. Setelah berpikir sejenak, saya pun dengan mantap menjawab, "Sejarahnya". Jika dilihat secara fisik, memang tak terlalu banyak hal istimewa dengan sungai Lematang. Sama seperti kebanyakan sungai lainnya. Namun semua masyarakat di Kabupaten Lahat akan sangat bangga menyatakan Lematang. Entah mengapa seperti itu, tapi inilah yang kami rasakan. Meskipun tak seindah Bengawan Solo dalam lagu keroncong itu, tapi inilah sungai kebanggaan kami. Meskipun saat ini keadaannya sudah sangat memprihatinkan, tapi inilah sungai kebanggaan kami. Itulah kata-kata yang saya ucapkan kepada diri saya sendiri saat orang lain mempertanyakan apa yang membuatnya begitu istimewa. Sebuah sungai besar yang memiliki arus yang cukup tenang, membuat kapal-kapal pedagang yang melalui dapat berlayar dengan selamat. Sebuah sungai yang memberikan kehidupan bagi warga disekitarnya. Sebuah sungai yang menjadi simbol kemakmuran. Itulah sejarah yang sangat membanggakan dari sungai ini. Sebuah sejarah yang akan membangkitkan semangat dan keyakinan serta harapan. Terkait sungai ini, ada cerita yang cukup menggemparkan. Ini terjadi saat saya masih menginjak kelas 2 SD, tepatnya tahun 1999. Saat itu tengah heboh-hebohnya kiamat 1999. Tanpa diduga, sungai Lematang meluap, menimbulkan longsor didaerah pinggiran sungai dan banjir. Saat itu, ada beberapa korban jiwa yang jatuh dan tidak diketemukan jasadnya. Pencarian yang dilakukan tim penyelamat tidak memberikan hasil yang memuaskan, para korban tetap tidak ditemukan jasadnya. Entah ide siapa dan kenapa muncul ide tersebut, dipanggillah seorang paranormal untuk memecahkan masalah ini. Desas-desus yang terdengar, keluarga korban dan warga yang tinggal disekitar sungai Lematang, sering mendengar suara pada korban yang seolah-olah masih hidup dan ingin bertemu kembali dengan sanak keluarganya. Namun saat dicari diluar rumah, tidak ada siapa-siapa dan tidak terdengan suara apa apa. Singkat cerita, sang paranormal pun melakukan ritualnya dan hasilnya sungguh mengejutkan. Penerawangan gaib yang dilakukan paranormal itu mengarahkannya pada penemuan sebuah lubang gaib yang katanya merupakan sarang naga (bukan naga indosi*r ya) yang mana para korban yang hilang telah terseret ke pusaran sarang naga tersebut saat terjadinya banjir. Dan setelah dilakukan suatu ritual, benar saja, keesokan harinya mayat korban ditemukan dengan mudah di daerah pada pencarian sebelumnya tidak ditemukan apa-apa disana. Terkait kebenarannya, sekali lagi silahkan rekan-rekan sekalian yang menilainya. Berbicara mengenai kabupaten Lahat, tak lengkap rasanya tanpa menyodorkan pembaca sebuah fenomena pembentukan alam yang akan semakin menguatkan kepercayaan kita akan kuasa tuhan. Ini merupakan "keajaiban" penciptaan yang bernama bukit Serelo (e pertama aksennya seperti e pada kata "semangat"; e kedua aksennya seperti e pada kata "sore")
1356186870711786499
1356186870711786499
Familier kan dengan bentuknya? Masih belum ngeh juga? Ini merupakan sebuah bukit yang berada di kawasan kabupaten Lahat. Namanya lain dari bukit serelo ini adalah bukin jempol. Ada juga yang menyebutnya gunung jempol. Ada juga yang menyebutnya bukit tunjuk. Sekarang sudah ngeh kan. Ya, bentuknya memang sangat unit. Menyerupai sebuag tangan manusia yang mengacungkan jempolnya (akhir akhir ini saya sempat kepikiran kalo bentuknya seperti simbol like-nya facebo*k, apa Mark itu pernah ke Lahat ya). Sejarah yang sangat-sangat lampau mengatakan bahwa dulunya bukit ini tidaklah ada. Suatu waktu, terdapat dua orang pemuda yang bertarung (penyebab pertarungannya saya lupa) dimana akhir dari pertarungan tersebut mengakibatkan salah seorang dari mereka berhasil menebas tangan musuhnya, yang karena kesaktiannya, tangan yang tertebas itu membesar dan menjelma menjadi sebuah bukit batu. Sempat terpikir juga oleh saya, jika cerita itu benar, kenapa tangannya mengacungkan jempol, padahal dia kan ditebas? Pandangan konyol saya mengatakan bahwa saat bertarung, sang pemilik tangan tersebut meremehkan lawannya dengan mengacungkan jempol terbalik. Lawannya yang geram karena tingkah pemilik tangan tersebut, langsung menebasnya sehingga yang ada adalah seperti sekarang. Satu lagi yang unik dari bukit ini, apabila kita hendak keluar dari kota Lahat dengan melewati bukit ini (tujuannya ke arah Palembang), maka bentuk yang terlihat adalah jempol sebagaimana gambar di atas. Namun apabila kita berniat memasuki kota Lahat, maka bentuk yang akan kita lihat adalah telunjuk. To be continued.. (Tidur dulu bro.. ^_^)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun