Mohon tunggu...
Mutiara Vyka
Mutiara Vyka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perbandingan Metode Berpikir Kritis dalam Berbagai Disiplin Ilmu

25 Desember 2024   19:43 Diperbarui: 25 Desember 2024   19:48 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berpikir kritis adalah kemampuan penting dalam banyak bidang ilmiah karena memungkinkan orang menilai argumen, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan logis. Tergantung pada subjek studinya, banyak teknik dan strategi yang dapat digunakan, meskipun tujuan dasar berpikir kritis selalu sama. Pendekatan berpikir kritis yang digunakan dalam tiga bidang utama sains, filsafat, dan ilmu sosial akan dibandingkan dalam artikel ini (Puling, et al., 2024).

Penggunaan metode ilmiah merupakan bagian umum dari berpikir kritis dalam sains. Prosedur ini dimulai dengan pengumpulan data dan observasi, kemudian diajukan hipotesis yang diuji. Untuk menguji teori tersebut, para ilmuwan kemudian melakukan eksperimen dan mengevaluasi hasilnya. Metode ini sangat menekankan pada reproduktifitas dan bukti empiris. Kapasitas untuk menilai sumber informasi dan menemukan bias penelitian adalah aspek lain dari pemikiran kritis dalam sains. Dengan kata lain, sains memerlukan akurasi dan koherensi logis pada setiap tahap penyelidikan (Unwakoly, S. 2022).

Analisis konseptual dan argumen logis lebih diberi bobot dalam filsafat daripada sains. Teknik seperti analisis argumen, yang mengharuskan orang untuk mengenali premis dan kesimpulan suatu argumen serta menilai kelayakannya, sering kali digunakan dalam bidang pemikiran kritis ini. Selain itu, filsafat mendorong dialog yang jujur dan kontemplasi mendalam terhadap anggapan mendasar yang memandu proses berpikir kita. Mengajukan pertanyaan penting tentang keberadaan, etika, dan pengetahuan merupakan bagian dari berpikir kritis dalam konteks ini, selain mencari solusi yang tepat (Nuraida, 2019).

Ilmu sosial, yang berfokus pada interaksi sosial dan perilaku manusia, memadukan aspek filsafat dan sains. Dalam ilmu-ilmu sosial, teknik berpikir kritis sering kali menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Kemampuan menganalisis data statistik dengan tetap mempertimbangkan lingkungan sosial dan budaya di mana data dikumpulkan sangat penting bagi peneliti dalam bidang ini. Kapasitas untuk memahami sudut pandang lain dan mempertimbangkan bagaimana tindakan atau kebijakan tertentu dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan merupakan aspek lebih lanjut dari pemikiran kritis dalam ilmu-ilmu sosial (Asrobuanam, & Sumaji, S 2021).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun