Agustus identik dengan kemerdekaan, faktannya di 2023 ini Agustus memang membawa nama Indonesia mendunia, bukan prestasi namun polusi. Benar, Jakarta sebagai ibu kota negara menjadi kota dengan polusi tertinggi di dunia, sebelumnya kita juga menorehkan nama sebagai negara penghasil emisi karbon di dunia, urutan kelima setelah Brazil. Lalu sebagai rakyat Indonesia, apa yang bisa kita lakukan? Mari mulai dari kebiasaan kecil dulu, kurangi berkendara dengan kendaraan pribadi, kita gunakan transportasi umum salah satunya kereta api (commuter).Â
Mengapa KAI Commuter?
Saya adalah perantau, mobilitas menuju kampung halaman bisa saja memakai kendaraan pribadi. Namun, berita tentang jejak karbon sebagai penyebab pemanasan global mulai menakuti saya. Sempat abai. Namun, lagi-lagi berita buruk polusi menghantui saya. Beberapa artikel menyoal penghasil karbon, termasuk polusi adalah sektor transportasi. Solusinya? Pilih transportasi publik! Saya memilih naik kereta sebagai langkah pertama mengurangi jejak karbon dan polusi. Benar saja, seragam petugas kebersihan KAI bertuliskan pesan pengurangan emisi dengan KAI. Saya menjadi sedikit tenang karena sedikit membantu bumi untuk lestari, terutama bumi Indonesia. Perjalanan 5 jam dengan commuter dhoho tujuan Blitar lewat Kertosono menjadi bermakna. Rp.15.000 adalah nominal yang harus saya bayar untuk perjalanan ini, terjangkau bukan?, jika dihitung saya hanya mengeluarkan Rp.3000 saja perjamnya.Â
Perjalanan dengan KAI = Mencintai KesehatanÂ
5 Jam perjalanan saya pakai untuk mengobservasi fasilitas di dalam Commuter Line ini, keingintahuan saya bukan tanpa dasar. Penasaran bagaimana KAI dengan komitmennya untuk menjaga bumi. Namun, saya malah menemukan hal lain. Aturan dilarang merokok terpampang jelas di sepanjang gerbong kereta. Â Hal ini membuat saya lega, rupanya bukan hanya mengurangi polusi udara dari luar, tetapi juga mencegah dari dalam. Was- was saya hilang berganti takjub, regulasi ini dipatuhi seluruh penumpang dan KAI menindak tegas pelanggarnya. Dijamin deh, pernafasan kalian akan sehat selama di kereta, kecuali serangan mendadak bau makanan yang dibawa pramusaji. Selain itu, sirkulasi sampah juga tak kalah hebat. Kantong plastik disiapkan di meja guna meminimalisir sampah tercecer atau dibuang sembarangan. Tau kan, jika sampah tidak dikumpulkan maka akan mengundang hewan yang bisa saja menyebarkan penyakit.Â
Selain itu, sanitasi yang baik dengan peminimalan kontak air dengan tubuh, ketersediaan tisu dan sabun hingga konsep toilet kering turut mempengaruhi bagaimana KAI menjaga kesehatan penumpanya. Air tidak diletakkan di tempat terbuka, melainkan melewati selang dengan kloset yang dapat ditutup untuk menghindari partikel bakteri atau virus untuk berpindah ke manusia. Pengadaan sabun juga memutus rantai persebaran virus dengan mencuci tangan yang efektif.Â
Perjalanan dengan KAI = Merawat BumiÂ
Poin penting yang ingin saya highlight di pengalaman sebagai penumpang kereta api adalah pengurangan jejak karbon dan polusi, Bagaimana kereta api dapat mengurangi karbon. Ternyata saya menemukan dalam bentuk efektivitas air, efisiensi kapasitas, dan kehematan  energi. Toilet didesain hemat air dengan penggunaan selang dan keran yang mengeluarkan air secukupnya. Selanjutya efektivitas kapasitas, hal ini baru saya sadari setelah membaca blog KAI. Komitmen merawat bumi lewat pengurangan jejak karbon dimualai dengan efisiensi mobilitas, artinya penumpang yang diangkut lebih banyak dan berbanding terbalik dengan emisi karbon yang dihasilkan. Menurut penelitian Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris dalam Our World in Data, emisi yang dihasilkan kereta api dengan kapasitas 1000 lebih penumpang hanya 45.920 gram per km, sementara motor dan mobil mencapai angka lebih dari 115.000 dan 215.000 gram perkm.Â
Perjalanan dengan KAI = Aman dan Nyaman untuk PerempuanÂ
Maraknya pelecehan seksual di ruang publik, termasuk KAI menyebabkan ketidaknyamanan pelanggan. Beberapa kasus yang terjadi rupanya telah ditindak tegas oleh KAI. Saat masuk ke gerbong commuter line Dhoho, pandangan saya tertuju pada nomor kondektur yang terpampang di di gerbong. Tentu hal ini memudahkan saya dan penumpang lain jika ingin mengajukan laporan termasuk pelecehan seksual. Setidaknya, saya bisa mengetahui sejauh mana KAI melindungi penumpangnya dengan hal ini.Â
Healing yang Sesungguhnya