Bahkan, tak pernah muncul satu nama lain-pun dari internal yang akan ikut diusung, artinya sosok Nilwan merupakan sosok sentral di tubuh PPP Merangin.
Bicara pengalaman belasan tahun memimpin partai dan 15 tahun telah ia jalani menjadi wakil rakyat. Soal kemampuan akademik rasanya tidaklah perlu kita khawatir terlalu jauh pada sosok yang dikenal merakyat ini.
Apalagi, bicara 'cost politik' mungkin tak ada yang sanggup melontarkan protes dan menyanksikan 'modal' yang dimiliki Nilwan dalam bertarung di panggung Perpolitikan Merangin. Ia sejak lama dikenal royal dan memang 'beduit'.
Namun dibalik kondisi 'segalo ado' yang ada pada Nilwan Yahya itu, perjuangan di internal partai yang mulus tanpa halangan halangan itu. Nilwan juga perlu membaca peta Pilwabup Merangin ini dengan cermat.
Apalagi, posisi bupati Merangin saat ini jelas dari kader PPP, lalu bagaimana dengan dua partai lain yang ikut 'berdarah-darah' memenangkan pasangan Haris - Mashuri kala itu. Apalagi Partai Golkar.
Golkar merupakan partai Pertama yang mendukung Al Haris, kemudian disusul PPP dan partai penentu yakni Hanura yang bergabung di 'injury time' pada proses dukungan partai.
Dukungan Golkar kala itu, tidak-lah membabi buta karena ia mendukung Al Haris yang tak lain kader murni partai berlambang pohon beringin ini. Ditambah lagi posisi yang lowong boleh dibilang 'jatah' Golkar.
Hanya saja, aturan tidak mengatur secara otomatis bahwa jika yang 'pergi' adalah kader Golkar dan yang 'masuk' wajib kader Golkar pula. Beda kasus dengan PAW anggota dewan secara otomatis digantikan dari partai yang sama.
Artinya peluang tiga partai pengusung terbuka sama lebar untuk mengirim kader terbaik sebagai calon wakil bupati Merangin, dan sesuai aturan dari tiga partai harus dikerucutkan menjadi dua nama yang dikirim ke DPRD melalui Bupati.
Tentu tugas berat, tiga partai yang harus satu diantaranya legowo dengan tidak mengirimkan utusan kader ke gelanggang pertarungan. Lalu bagaimana pula etika politiknya jika Merangin oleh keduanya dari partai yang sama.
Dapat disimpulkan, apakah mungkin Merangin dibawah 'naungan ka'bah', Â artinya apakah mungkin kepemimpinan dan kekuasaan di Merangin di monopoli oleh kader PPP. Lalu bagaimana dengan posisi tawar atau harga diri partai pengusung lain.