NTB - Nama Zohri saat ini memang sedang 'naik daun', bahkan ia terkenal hingga mancanegara, nama yang berasal dari sebuah daratan yang populer dengan julukan pulau seribu masjid ini membuat seisi bumi pertiwi bangga padanya. Itulah kondisi Zohri sang sprinter juara dunia saat ini.
Sementara itu, berjumpa bersama Lalu Zohri di Bandara International Lombok, NTB hari ini Sabtu 28 Juli 2018 bagi saya cukup memberi makna, apalagi berkesempatan 'ngobrol' sembari menunggu jadwal penerbangan Lion Air pada pukul 9.40 WITA yang berujung delay dengan tujuan Surabaya.
Awal pertemuan yang tidak pernah direncanakan ini, ketika saya bersama rombongan turun dari bis di Lombok Airport dan rombongan kami langsung disambut oleh petugas berseragam orange, bukan baju tahanan KPK ya, he. Tetapi kami disambut para Porter bandara yangmana satu diantaranya adalah Lalu Zohri.
Baca Juga : M Zohri dan M Yusuf, Dua-Sosok yang Mendadak Terkenal
Setelah barang kami yang berjumlah 62 item ini diantar oleh Zohri dan rekannya untuk dimasukkan kebagasi pesawat, saya menunggunya, dan meminta waktu kepada Zohri untuk mengobrol santai berbicara tentang pekerjan yang ia tekuni saat ini. Ayah tiga anak kelahiran 31 Desember 1974 silam ini menerima permintaan saya, dan kami duduk disalah satu sudut bandara.
Suami dari Baiq Martini ini adalah petugas Porter yang jarak rumah tempat tinggalnya terhitung paling dekat dengan bandara International Lombok ini dibandingkan 41 petugas Porter yang lain. Waktu kerjanya sistem Ship, dari 42 orang dibagi menjadi dua sip yang waktunya dari jam 2 siang hingga jam 2 siang keesokan harinya waktu setempat.
Zohri menceritakan bahwa dirinya sudah bekerja sebagai petugas Porter Bandara sejak tiga tahun lalu, sebelumnya ia sempat berprofesi sebagai sopir travel dibandara yang sama, melamar sebagai Porter awalnya karena dia punya kenalan pengurus Koperasi Kokapura Bandara International Lombok.
Petugas Porter jelas Zohri tidak diberi digaji oleh Koperasi setelah diterima atas lamaran pekerjaan tersebut, malah dia bersama rekan kerjanya wajib membayar setoran saban bulan sebesar 650 rupiah yang pembayarannya pada setiap tanggal 28 hingga tanggal 4 bulan kedepan. Setoran pada tanggal ditentukan itu wajib hukumnya, jika telat akan dikenakan denda.
Setoran itu terang Porter dengan nomor punggung 30 ini diserahkan kepada pengurus Koperasi Kokapura. Lalu dari mana penghasilan para Porter untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, ditambah lagi harus membayar setoran setiap bulan. Zohri mengatakan hanya menunggu permintaan jasa-nya dari para penumpang, itupun tidak dipatok besaran tarif.
Soal jumlah penghasilan seberapa besar yang didapatkan dari belas kasihan penumpang, Zohri mengatakan bisa mencapai 100 ribu perhari, namun terkadang hanya 50 ribu bahkan pernah 15 ribu. Soal urusan setoran dalam waktu sebulan jelasnya tak ada kendala. Pria yang berpendidikan terakhir sebatas jenjang SMP ini mengaku tinggal di Desa Rebile, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Saat lempar pertanyaan, apakah bapak kenal dengan Lalu Muhammad Zohri?, Ia menjawab tahu dengan nama yang mirip dengan namany itu, namun ia mengetahui nama M Zohri setelah viral pasca dinobatkan sebagai juara dunia lari 100 putra pada ajang International Association of Athletics Federations yang disingkat IAAF Word U-20 Champhionships di Tempere, Firlandia. Beberapa waktu lalu, Itupun ia ketahui hanya lewat televisi.