Mohon tunggu...
V S
V S Mohon Tunggu... -

Candidate Master of Human Settlements

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Usulan untuk Debat Capres ke-4: Visi di Masterplanning vs Visi di Strategic Planning

28 Juni 2014   00:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:32 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_345213" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/ Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]

Dalam dunia perencanaan ada sedikit pergeseran di dunia dari visi dan master-planning ke visi dan strategic-planning. Arsitek, perancang kota, organisasi internasional dan beberapa gubernur dibeberapa kota di Eropa mulai menggunakan strategic-planning dalam menyusun visi dan perencanaan masa depan. Debat calon presiden sesi ke-3 "Politik Internal dan Ketahanan Nasional" sudah berlangsung pada 22 Juni 2014 dan seperti debat sebelumnya yang meninggalkan debat panjang di beberapa media sosial antar para pendukung, pengamat dan ahli. Dari sekian banyak pendapat dan kritik, ada beberapa yang menarik untuk diamati karena kritik dan usulan tersebut dapat digunakan sebagai masukan untuk debat calon presiden sesi berikutnya yaitu "Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK” dan "Pangan, Energi, Lingkungan". Beberapa orang mengkritik tentang cakupan dari visi dan misi yang disampaikan tidak jelas dan tidak berimbang. Berikut saya kutipkan pendapat yang ada di satu sosial-media mendorong saya ingin menulis artikel ini:

“USULAN UTK KPU TENTANG DEBAT: utk debat2 berikutnya, sebaiknya pakai pembahas panelis agar perdebatan lbh terarah. Bila capres hanya bicara makro (konsepsual) bisa dikejar agar dioperasionalkan. Bila capres hanya bicara serpihan2 mikro (tanpa ikatan konsepsual) oleh panelis bisa dikejar konsep ikatan keseluruhan ide2 rincinya. Agar kami masyarakat yg menyaksikan debat bisa menangkap pemikiran para calon pemimpin bangsa secara utuh, sehingga bisa memilih dg yakin.”

“DEBAT CAPRES: 5 thn lalu saya semangat ngikuti debat capres, tp kali ini koq tdk minat ya; ngg tahu kenapa. Nonton sbntr koq ruwet: itu visi atau kebijakan atau program; malah koq ada yg rinci banget kayak proyek/kegiatan. Kan perlu sistematis, bertingkat.”

Dan beberapa pendapat yang lain yang kurang lebih menyatakan kesulitan mereka untuk menilai dan membandingkan visi mana yang dapat dilaksanakan dan dipenuhi targetnya. Salah satu kandidat presiden RI dalam menyampaikan visi terlalu general dan luas sehingga sulit untuk diukur kesuksesan dari visi tersebut, dan kandidat presiden yang lain menyampaikan visi terlalu detil sampai pada tahap operasional yang berujung padaopini negara bukan sebuah perusahaan. Entah disadari atau tidak sesungguhnya penyampaian visions yang disertai oleh penjabaran actions, projects co-productions yang diutarakan salah satu kandidat presiden R1 mendekati penjabaran visi di strategic-planning. Namun beberapa masyarakat Indonesia lebih merasa nyaman dengan visi besar daripada visi yang terperinci. Penyusunan rencana dengan sistem master-planning masih aktif digunakan negara-negara berkembang dan mulai ditinggalkan oleh negara-negara maju baik dalam perencanaan kota maupun program-progam kepemerintahan. Keunggulan dari penyampaian vision yang disertai actions, projects co-productions adalah memudahkan bagi orang lain untuk menilai kemungkinan dari sebuah projek, atau program dilaksanakan dimasa yang akan datang. Keterbatasan waktu kemungkinan bisa menjadi kendala bagi dua calon Presiden Indonesia untuk menyampaikan visi mereka secara lengkap dan detil. Karena jika kita membaca dari visi dan misi yang disampaikan oleh kedua belah pihak dan dibedah oleh beberapa ahli dan disebar-luaskan oleh institusi yang terpercaya dalam bentuk dokumen tertulis, adalah cukup menarik dan jelas. Penambah durasi debat bukanlah sebuah solusi yang tepat namun penstrukturan dari isi jawaban masing-masing kandidat bisa menjadi solusi bagi keterbatasan waktu.

Pergeseran dari visi di master-planning ke visi di strategic-planning dipacu oleh adanya perubahan-perubahan dan tuntutan-tuntutan dari jaman yang lebih cepat dibanding beberapa abad yang lalu terjadi di dunia, di kota-kota dan kehidupan manusia. Sehingga visi jangka panjang yang ada pada sistem perencanaan master-planning yang memiliki kecenderungan general dianggap tidak mampu menjawab masalah-masalah dan tantangan-tantangan yang cenderung berubah setiap saat. Beberapa contoh pemacu adanya percepatan pada perubahan dari tuntutan jaman adalah penemuan dan teknologi yang dapat dikatakan sangat cepat diera ini. Teknologi memberi kemudahan pada manusia, perubahan cara hidup manusia, dan juga mengubah spatial tempat tinggal kita. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa teknologipun berperan terhadap munculnya permasalahan-permasalahan baru diluar yang manusia prediksi sebelumnya. Seperti penemuan kendaraan bermotor (mobil), telah mengubah spatial dan orientasi dalam pengembangan kota-kota, kemudian diikuti dengan perubahan gaya hidup yang lebih individualis, menuntut dibuatnya banyak policy untuk menyelesaikan masalah terkait dan seterusnya. Sehingga visi dari master-planning yang pada umumnya menggunakan pendekatan statik dan data, dan kecenderungan hanya pemplotan hal-hal yang general, menjadikan visi pada master-planning tidak mudah direalisasikan dan perubahan yang cepat membuat visi dari master-planning, tidak lagi relevan dengan perubahan jaman.Pendekatan perencanaan dengan master-planning dianggap sebagai pendekatan tradisional karena pada umunya hanaya mengumpulkan semua data yang berhubungan dan dibutuhkanuntuk memprediksi masa depan yang logisdimana yang terjadi pada realitas sangat dinamis, perubahan sangat cepat dan permasalahan lebih komplek.

Selaras dengan tema yang akan diusung pada dialog sesi 4 adalah "Pembangunan Sumber Daya Manusia dan IPTEK” dimana ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat banyak perubahan pada banyak sistem salah satunya adalah kebutuhan strategic-planning untuk merencanakan program yang tepat untuk tuntutan dan permasalahan yang relatif banyak dan kompleks.Starategic-planning sebagai sebuah metode perencaaan yang dapat digunakan untuk menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek bagi kedua kandidat presiden RI, dirasakan menjadi penting untuk tercapainya beberapa program yang direncanakan dimasa depan. Sehingga semua visi dan program bukan hanya sebuah janji manis dimasa pencapresan ini.

Penjabaran visions, actions, projects dan co-productions yang menjadi elemen pada sistem strategic-planning dapat digunakan sebagai sebuah struktur komunikasi visi pada debat capres sesi ke-4 sehingga memudahkan rakyat untuk memprediksi kemungkinan sebuah program dapat terlaksana dengan baik. Beberapa alasan yang membuat strategic-planning lebih aplikatif diera ini adalah karena pendekatanperencanaan yang berhubungan dengan kontekstual dan spesifik, pendekatan yang sesuai dengan kenyataan dilapangan dan bertujuan untuk kerja dan hasil yang nyata dan berdampak, pendekatan dalam kerangka yangdinamis, koheren dan mengintegrasikan. Dan juga pendekatan dari strategic-planning pada manusia setempat, sosial ekonomi, spasial dan bukan hanya sebatas data dan sumber daya saja.Dari penjabaran co-productions, kita dapat mempertimbangkan kerjasama antara orang-orang yang terlibat sebagai motor untuk kapasitas mereka,memperkuat pemberdayaan dan pengembangan kualitatif. Perencaan tipe ini mengedepankan survey atau blusukan yang menjadi sebuah kata baru di Indonesia saat ini untuk melihat kekuatan yang dimiliki alam dan masyarakat bukan hanya data statistik saja, selain masalah dan sumberdaya alam. Strategic-planning juga mencoba menggabungkan antara bottom-up approach dan top-bottom approach sehingga rencana masa depan lebih mudah dilaksanakan.

Oleh karena itu untuk memudahkan rakyat untuk menilai apakah sebuah visi itu dapat dilaksanakan atau tidak, apakah sebuah project, policy dan program dalam memberi keuntungan yang maksimal bagi rakyat Indonesia dan memastikan tidak adanya konflik antar kepentingan, apakah kerjasama antar pemerintah dan beberapa aktor terkait dalam pendaan, pelaksanaan, sebuah project dan progam dapat diterima akal sehat, dan aksi dan strategi apakah yang akan diambil pemerintah dalam mencapai visi tersebut yang tidak bertentangan dengan hajat hidup orang banyak. Sehingga dalam penyampaian sebuah visi di kelima sesi debat president. Besar harapan saya untuk bisa menantang dua calon presiden Indonesia untuk bisa menjabarkan gambaran kasar tentang visions, actions, projects/ programs dan co-productions.

VS

Architect & Urbanist

Candidate Master of Human Settlements

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun