Mohon tunggu...
V Soma Ferrer
V Soma Ferrer Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemuda Indonesia

http://vsomaferrer.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemantapan Makna Merdeka 100 Persen

7 Agustus 2017   14:05 Diperbarui: 7 Agustus 2017   15:11 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Agustus tak lantas hanya berpaku pada Proklamator Soekarno-Hatta toh? Sosok Tan Malaka juga merupakan salah satu tokoh Revolusi Agustus silam. Bapak Republik Indonesia inilah yang namanya dihapuskan di republiknya sendiri.

Suatu malam pada sebuah pertemuan yang dihadiri Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, dan K.H. Agus Salim---Tan Malaka yang datang tanpa diundang tiba-tiba berkata lantang: "Kepada kalian para sahabat, tahukah kalian kenapa aku tidak tertarik pada kemerdekaan yang kalian ciptakan. Aku merasa bahwa kemerdekaan itu tidak kalian rancang untuk kemaslahatan bersama. Kemerdekaan kalian diatur oleh segelintir manusia, tidak menciptakan revolusi besar. Hari ini aku datang kepadamu, wahai Soekarno sahabatku. Harus aku katakan bahwa kita belum merdeka, karena merdeka haruslah 100 persen.

Hari ini aku masih melihat bahwa kemerdekaan hanyalah milik kaum elit, yang mendadak bahagia menjadi borjuis, suka-cita menjadi ambtenaar. kemerdekaan hanyalah milik kalian, bukan milik rakyat. Kita mengalami perjalanan yang salah tentang arti merdeka, dan apabila kalian tidak segera memperbaikinya maka sampai kapanpun bangsa ini tidak akan pernah merdeka! Hanya para pemimpinnya yang akan mengalami kemerdekaan, karena hanya mereka adil makmur itu dirasakan. Dengarlah perlawananku ini. Karena apabila kalian tetap bersikap seperti ini, maka inilah hari terakhir aku datang sebagai seorang sahabat dan saudara. Esok, adalah hari dimana aku akan menjelma menjadi musuh kalian, karena aku akan tetap berjuang untuk merdeka 100 persen."

Makna kemerdekaan menurut Tan Malaka haruslah dirasakan oleh semua kaum degan jalan revolusi total dalam arti yang sesungguhnya. Artinya, masyarakat tidak lagi dibedakan atas kelompok-kelompok sehingga nantinya akan tercapai masyarakat sosialis, egaliter dan merdeka.

Mempertegas bahwa momentum proklamasi menghantarkan hanya sampai ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Ditambah lagi Kolonialisme gaya baru mengikuti trend global, tarik menarik kepentingan asing seakan menghilangkan modal besar yang telah tanah ini bentangkan dari Sabang hingga Merauke yang akan memperdalam lembah kesejahteraan.

Perang meraih kemerdekaan dari penjajahan model baru bukanlah sama seperti perang meraih kemerdekaan Indonesia 1945 yang sifatnya simetris, pada era ini warga Indonesia harus siap menghadang perang yang sifatnya asimetris dimana spektrum perang yang sangat luas dan mencakup aspek-aspek astagatra (perpaduan antara trigatra (geografi, demografi, dan sumber daya alam), dan pancagatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya).

V. Soma Ferrer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun