"anda tidak boleh makan yang asin-asin, makan yang manis-manis, makan makanan yang mengandung telur, susu, daging merah, yang di bakar, yang di goreng dan bla bla bla bla...." kata dokter penyakit dalam pada paseinnya.
Sesungguhnya saya kasihan dengan pasien yang diberi nasehat pantang makan. Sudah tidak enak badan, malas makan, masih harus di pantang makan. Kasihan deh... tapi apa boleh buat, apa yang sebenar nya Halal sudah di menjadi makruh bahkan haram. Tapi... siapa bilang?
Jadi ingat masa - masa saat saya masih kuliah dan belajar untuk mendapatkan sertifikasi konsultan kesehatan Internasional saya..ehmmm... Â seorang intruktur Senior asal Canada bertanya pada saya. " Jika ia hanya makan yang di rebus dan sayuran saja atau ia berpantang terhadap seuatu makanan tertentu, dari mana ia mendapatkan asupan yang diabutuhkan yang hanya bisa diperoleh dengan dibakar atau dari makanan itu? apakah anda tahu apa yang dibutuhkannya sampai ke unsur - unsur gizi nya? apa anda yakin sayuran yang dimakan atau cara masak tertentu mengaktifkan racun atau obat?"
Termenung saya dengan pertanyaanya tersebut. Apa betul cara masak saya yang rebus merebus tidak mengaktifkan sianida yang ada dalam sayuran? atau... benarkan nutrisi dalam minyak yang saya pakai untuk menumis masih bisa saya dapatkan?
Berbeda lagi dengan teori kakek dan nenek saya yang cukup religius." yang haram jangan sekali - kali kau jadikan Halal, yang halal jangan kau jadikan haram. Makanan halal yang sedikit - sedikit itu lebih baik. Makan terlalu banyak itu Haram".
Cocok benar dengan tubuh kita. segala yang terlalu banyak itu membuat penyakit. Terlalu banyak yang manis jadi diabetes, terlalu banyak yang asin jadi gagal jantung, terlalu banyak yang pahit jadi radang hati. terlalu panas nutrisi hilang, terlalu dingin bakteri masih hidup, terlalu banyak ketawa jadi sakit jiwa, terlalu banyak galau jadi kantong kering, terlalu banyak bicara jadi kelihatan bodoh, terlalu banyak menulis....???
Saya pribadi tidak menyarankan pantang makan pada setiap orang yang saya rawat. semua nutrisi masih kita butuhkan. Tidak banyak. sedikit saja sudah cukup. seujung jari daging, seujung jari  timun, seujung sendok teh garam, seujung sendok teh gula, seujung sendok teh .....
Tidak dipantang. hanya terbatas dan porsi cukup kecil kalau tidak mau di bilang mikro. Sedikt saja dan rasakan, jika masih terasa tidak enak badan kurangi lagi porsinya sampai gaya hidup anda menjadi terjaga karena terbiasa.
Ada lagi yang saya perhatikan dari tradisi indonesia yang terlupakan. DOA disetiap hal. Selain batik yang memberikan doa bagi pemakainya, masakan indonesia juga penuh dengan doa. saya ingat bagaimana nenek saya sambil mengaduk adonannya sambil selalu berdoa semoga siapapun yang memakannya mendapat segala sesuatu yang baik. Kesehatan, kebaikan, rahmat dan ampunan. Apem dengan doa agar selalu saling memaafkan, nasi beras putih dengan doa agar jiwa selalu bersih, Beras merah dengan doa agar selalu mendapatkan kesehatan yang baik dan sebagainya. inilah inti dari teori air heksagonal. Doa dalam makanan pun menyembuhkan.
Makanan adalah racun atau obat?
Makanlah sebelum kenyang (dengan disiplin waktu yang baik). dan berhentilah sebelum kenyang (dengan porsi sedikit). bukankah itu yang diajarkan dalam agama?