Mohon tunggu...
Vroom Mora
Vroom Mora Mohon Tunggu... -

Semua tentang aku ada dalam diriku sendiri dan meskipun aku ungkapkan, itu hanya sebagian dari keseluruhan diriku. Yang terpenting sekarang adalah aku adalah aku yang sedang mengaku...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menelisik "Saweran" KPK

3 Juli 2012   06:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:19 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berita terpopuler media informasi adalah saweran KPK. KPK tidak mendapat persetujuan guyuran dana pembangunan gedung baru dari DPR. Tentu ini merupakan berita yang sangat menarik untuk disebarkan. Tetapi ada konsekuensi yang harus ditanggung negara ini, baik pemerintahan maupun rakyat. Di sisi rakyat, momentum ini adalah kesempatan untuk menunjukkan rasa simpati kepada KPK yang telah "berjuang" memberantas korupsi di negara ini. Rakyat merasa wajib membantu KPK, sehingga mereka rela menyisihkan sedikit dari kantong mereka untuk KPK. Mereka berharap bahwa dengan demikian KPK juga membalas simpati masyarakat itu dengan menunjukkan kinerja maksimal dengan menjaring koruptor negara ini.

Di pihak pemerintah (khususnya DPR), desakan ini adalah pukulan telak bagi DPR. Potret DPR di mata rakyat sedang buruk berhubung beberapa anggotanya tersangka korupsi. DPR "mungkin" merasa ditelanjangi. Bagaimana tidak, KPK dengan genjarnya mengejar korupsi di kalangan DPR dan pada saat yang sama KPK mengajukan pembangunan gedung baru yang harus mendapat persetujua DPR. Bisa dibayangkan wajah-wajah anggota DPR ketika membahas anggaran KPK ini. Mungkin merah padam dan penuh amarah. Tetapi akan sangat memalukan jika ini sungguh terjadi di kalangan DPR, sebab mereka ada di sana, sebenarnya bukan atas nama pribadi pun partainya, melainkan terutama karena rakyat. Maka, mau tidak mau, DPR harus mengambil sikap. Apalagi sebagian anggotanya, justru tidak mendukung sikap mereka yang menunda guyuran dana itu.

Saat tiba saatnya DPR harus menentukan sikap, mulailah bermunculan opini para elite partai politik. Mereka beramai-ramai mengajukan pendapat yang pada akhirnya cenderung menyetujui guyuran dana itu. Ini adalah kesempatan bagi partai politik untuk merap citra "pro rakyat". Mengapa pro rakyat? Karena rakyat menyetujui guyuran dana itu, sehingga untuk mengambil hati rakyat, para elite partai mengambil kesempatan. Pertanyaannya adalah dimana para elite partai ini sebelum rakyat bergerak? Mengapa mereka baru muncul? Di sinilah rakyat Indonesia dihadapkan pilihan yang sulit.

Bagi KPK, penomena ini adalah tanggung jawab besar. Apabila kinerja mereka tidak membuahkan hasil, maka habislah mereka dihujat rakyat. Tetapi KPK kelihatannya sudah memperhitungkan ini, sebab dari beberapa kasus yang mereka kerjakan, sebagian besar sudah menunjukkan hasil. Kita hanya bisa berharap, dengan dukungan rakyat yang sangat besar, KPK mampu menjadi lebaga penyelamat negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun