Mohon tunggu...
Veronica Frasisca
Veronica Frasisca Mohon Tunggu... -

Veronica Frasisca

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Lajur Kiri, Tengah, atau Kanan?

24 Maret 2015   21:30 Diperbarui: 4 April 2017   17:46 7032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Jalan tol. Ya, siapa yang tidak tahu tentang jalan tol? Jalan tol sudah menjadi bagian dari sebagian besar masyarakat. Untuk saat ini, mari kita persempit lingkup masyarakat yang tadi disebutkan menjadi masyarakat Jakarta.

Jalan tol atau yang biasa kita sebut sebagai jalan bebas hambatan adalah suatu jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas ataupun untuk mempersingkat jarak dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi, sebagai pengguna jalan tol di Jakarta, pernahkah anda mengalami kemacetan yang cukup parah dan ternyata penyebabnya adalah karena adanya “pengendara nakal” yang menggunakan jalur kanan padahal kecepatannya 60km/jam atau bahkan lebih rendah?

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol pasal 5 butir (2) disebutkan bahwa “Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas antarkota didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 80 (delapan puluh) kilometer per jam, dan untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain dengan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam.”

Selain itu, berdasarkan Peraturan Pemerinta No.15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol pasal 41 butir 1 (b)  ditegaskan bahwa “lajur lalu lintas sebelah kanan hanya diperuntukkan bagi kendaraan yang bergerak lebih cepat dari kendaraan yang berada pada lajur sebelah kirinya, sesuai dengan batas-batas kecepatan yang ditetapkan.”

Dari kedua Peraturan Pemerintah yang disebutkan sebelumnya, sudah jelas bahwa lajur kanan digunakan untuk kendaraan yang lebih cepat atau dengan kata lain sebagai lajur untuk mendahului. Tetapi, seringkah anda melihat atau mengalami sebaliknya? Contoh kasus, anda sedang berkendara di tol JORR, anda berada di lajur kanan karena anda memang sedang melaju kendaraan anda dengan cepat dan kebetulan di depan anda ada mobil yang melaju cukup pelan. Sebagai pengemudi yang tahu aturan, anda memberi dim untuk memberi tahu pengendara di depan anda untuk berpindah lajur atau memacu kendaraannya lebih cepat. Tetapi, yang terjadi adalah ia tetap tidak bergeming ataupun menampah kecepatan kendaraannya. Mau tidak mau, anda harus mendahului kendaraan tersebut dari lajur sebelah kiri sebelum akhirnya kembali ke lajur kanan. Berbahaya? Ya.

Mengapa berbahaya? Dapat anda bayangkan, apabila di lajur tengah ada kendaraan juga sehingga anda tidak dapat mendahului dari lajur kiri. Lajur kiri juga cukup padat akibat adanya truk. Dengan kata lain, tiga lajur di depan anda tertutup. Selain itu, anda tidak dapat mengurangi kecepatan mobil anda secara seketika dan yang terjadi adalah anda menabrak kendaraan di depan anda. Lalu, kendaraan di belakang juga mengalami hal yang sama dengan anda. Dan yang terjadi adalah kecelakaan beruntun. Hal ini disebabkan karena ego pengendara paling depan yang tidak mau berpindah atau memacu kendaraannya lebih cepat. Menyedihkan bukan?

Contoh kasus lain, sebagai pengguna jalan di Jakarta, anda pasti tidak asing dengan kemacetan. Baik di jalan umum ataupun jalan tol. Penyebab kemacetan pun beragam, bisa karena perbaikan jalan, jalan rusak, kecelakaan, banjir, dan lain sebagainya. Tetapi, pernahkah anda mengalami kemacetan karena adanya pengendara yang memacu kendaraannya di lajur kanan tetapi tujuannya adalah keluar di pintu tol  terdekat yang notabene ada di sebelah kiri jalan? Kebetulan, pintu keluar tol tersebut padat. Atau dengan kata lain, pengendara tersebut menyerobot antrian kendaraan yang ada. Mengesalkan?

Mengapa mengesalkan? Bayangkan apabila anda sudah mengantri cukup lama untuk menyerahkan berkas untuk membuat paspor, tetapi tiba – tiba ada orang yang datang dan menyelak antrian anda. Padahal anda sudah mengantri lama, kesal? Ya, sama dengan antrian kendaraan di jalan tol. Mari bayangkan lagi apabila anda bukan pengendara yang mau keluar di pintu tol tersebut, dan setelah melewati antrian tersebut, tidak ada lagi kemacetan. Gondok?

Sebagai pengendara, saya cukup prihatin dengan kejadian – kejadian ini. Dan ini semua bukan imajinasi belaka, tetapi benar terjadi. Saya tidak mengerti, mengapa banyak pengendara yang masih saja nakal. Apabila alasannya adalah tidak mau berkendara dengan cepat karena alasan keselamatan, anda bisa memilih lajur tengah. Pertanyaan selanjutnya, mengapa masih banyak truk yang menggunakan lajur tengah atau bahkan kanan? Padahal, sudah tertera dengan jelas di papan pinggir tol atau di jalanan bahwa “Truk atau bus gunakan lajur kiri”. Dan peraturan ini dibuat untuk dipatuhi, bukan dilanggar. Mengapa? Truk adalah kendaraan yang cukup besar dan kadang bermuatan banyak sehingga bebannya cukup berat. Oleh sebab itu, truk disarankan untuk tidak melaju dengan cepat karena dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Karena sebab itulah, truk dianjurkan untuk melaju di lajur kiri yang notabene adalah lajur lambat. Selain itu, beban truk yang cukup berat dapat membuat aspal jalanan lebih cepat rusak. Jalanan yang rusak sangat membahayakan, apalagi untuk kendaraan yang melaju dengan cepat. Dapat anda bayangkan kecelakaan yang dapat terjadi apabila truk masih bandel untuk melaju di lajur tengah dan kanan dan menyebabkan kerusakan jalan? Selain itu, kerusakan yang hanya di lajur kiri akan lebih mudah untuk diperbaiki dibandingkan semua lajur rusak.

Di artikel ini, saya mengajak anda untuk berpikir mengenai sebab dan akibat, mencoba untuk menyingkirkan ego anda sejenak demi kenyamanan bersama. Jalan adalah fasilitas umum. Baik itu jalan umum atau jalan tol. Jadi, mari kita taati peraturan yang ada dan tingkatkan toleransi antar pengendara. Banyak cara yang dapat dilakukan, salah satunya mulai dari mengerti, menaati, dan menggunakan lajur yang sesuai dengan anda. Perubahan sekecil apapun dapat berdampak besar. Perubahan dari satu pengemudi akan menulari pengemudi lain. Jadi jangan berpikir, “satu pengemudi yang berubah tidak akan membuahkan hasil.” Jangan! Ayo, mulai ubah sikap berkendara kita dan edukasi teman atau kerabat kita.

Jadi, lajur kiri, tengah, atau kanan? Tentukan pilihan anda dengan bijak!

Frasisca

Peserta Beasiswa Unggulan KEMENDIKBUD

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun