Mohon tunggu...
Vrisko Putra Vachruddin
Vrisko Putra Vachruddin Mohon Tunggu... Guru - Masih Hidup

Mahasiswa Pascasarjana Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) dan Pendidik di SMK YPM 3 Taman

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Demam Gim "Mobile Legends" Pengaruhi Psikologi dan Mental Anak

10 September 2017   22:57 Diperbarui: 10 September 2017   23:13 30364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia game merupakan dunia yang mengasyikan bagi anak-anak hingga remaja, bahkan tak heran dan dipungkiri dewasa pun juga memainkan aplikasi permainan ini. Mulai dari clan of clash, clash royale, fifa mobile hingga yang terbaru dan trending topic di dunia permainan ialah game mobile legends. Hampir dibelahan dunia mana pun sasaran aplikasi permainan ialah anak-anak dan remaja yang memasuki masa pubertas. 

Game sebenarnya sebuah aplikasi yang dibuat dengan tujuan untuk mengurangi tingkat stress atau tingkat keresahan akibat kegiatan atau aktivitas rutinan yang setiap hari dilakukan oleh umat manusia. Sebuah tujuan yang baik dan berkelas, pertanyaannya apakah tujuan tersebut sudah tercapai dengan baik?. Sungguh malah sebaliknya yang terjadi  game malah menambah masalah diakhir pengaruhnya tersebut maka dapat dikatakan bahwa game bukan mengurangi beban pikiran manusia tetapi tambah menambah masalah bagi manusia sendiri.

Banyak anak-anak, remaja bahkan orang dewasa sekali pun ketagihan terhadap game tersebut bahkan rela mengeluarkan uang untuk mengakses atau pun memainkan game tersebut menjadi lebih asyik bahkan menjadi ladang uang bagi yang mampu meraih kesempatan dalam aplikasi sebuah permainan tersebut. Waoww, bisa dikatakan game merupakan ladang bisinis yang mungkin pada suatu saat akan terbagi dalam kepemilikan saham. Ya mungkin saja ada investor yang akan menanamkan saham pada game tersebut. Mari kita kesampingkan masalah saham yang sangat jauh dari permasalahan ini hihi.

Saya mau bercerita sedikit mengenai hal masalah ketagihan game ini, pada suatu saat saya bersama rekan-rekan saya nongkrong lah istilahnya sambil ngobrol-ngobrol di sebuah warung kopi yang mungkin secara sengaja maupun tidak ternyata warung kopi free wifi, hahahaha ya itung-itung download gratis dan harga kopinya yang terjangkau murah maka saya mengunjungi warung tersebut. Ternyata disana terdapat banyak pengunjung mulai dari anak-anak SD sampai dengan bapak-bapak berusia sekitaran 50 tahunan. Yang lebih miris lagi, semuanya di warung tersebut membawa HP atau pun notebook. 

Begitu sunyi sekali suasana diwarung tersebut, masing-masing pengunjung tersebut sudah sangat terfokus pada Hpnya masing-masing seakan-akan mereka berada  disitu sendiri tanpa adanya orang lain. Satu hal yang membuat saya takjub, pemilik warung kopi tersebut begitu baik kepada anak-anak SD tersebut dengan membiarkan mereka mengakses internet dari Wifi tersebut tanpa harus membeli minuman atau pun makanan di tempat tersebut.

Dan mayoritas yang berada ditempat tersebut mengakses permainan game mobile legend. Sebenarnya tidak hanya game mobile legend yang mempengaruhi psikologi dan mental anak  tapi hampir semua game yang membuat terus-menerus diakses dan akhirnya membuat ketagihan anak tersebut terhadap game tersebut. 

Hampir 70 % orang yang memainkan game akan ketagihan  dan akhirnya ketika lama kelamaan memainkan game tersebut akan merasa bosan dan akan memilih game terbaru lagi. Saya sebenarnya tidak pantas untuk menilai sisi psikologi dan mental anak akibat game ini karena saya bukan lulusan atau mahasiswa psikologi, tetapi saya mahasiswa pendidikan yang dalam mata kuliah saya terdapat psikologi.

Jadi begini, dari sisi psikologi ketika seorang anak mengakses permainan atau game apa pun itu dan membuat mereka menjadi senang dan nyaman maka akan timbul sebuah perasaan untuk terus bermain apabila tidak adanya pengawasan dan pencegahan orang tua dalam penggunaan HP dan laptop maupun komputer. 

Tidak adanya pengawasan dan pencegahan orang tua dalam penggunaan HP tersebut dikarenakan adanya dua kemungkinan yaitu kepercayaan yang berlebihan seorang orang tua terhadap anaknya serta tidak adanya waktu orang tua memeriksa kondisi anaknya tersebut. Kecanduan atau ketagihan game ini biasanya banyak terjadi pada keluarga yang orang tuanya sangat sibuk dan broken home. Sehingga menimbulkan sikap atau perasaan anak untuk memainkan HP karena mereka tidak diperhatikan oleh orang tua mereka.

Sedangkan dari sisi mental, anak yang sering bermain game dalam HP maupun komputer akan bermental penakut dan biasanya sifat mereka tertutup. Sosialisasi mereka terhadap teman mereka dan dunia luar sangat kurang, karena aktifitas mereka hanya terbatas pada belajar dan bermain tanpa adanya perhatian dan kasih sayang orang tua yang kurang.  Sedikit saran saya untuk orang tua mengenai penggunaan game ini walaupun saya belum menjadi orang tau. Lakukan pencegahan sebelum terjadinya kecanduan, batasi anak dalam penggunaan HP dan sejenisnya, pantau terus perkembangan anak terus lakukan pencegahan yang anda rasa perlu dilakukan. Karena pencegahan lebih mudah dari pada mengobati.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun