Mohon tunggu...
BBK 4 Kedungrejo
BBK 4 Kedungrejo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Desa Kedungrejo, Kecamatan Modo, Kabupaten Lamongan

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mahasiswa BBK 4 Unair Suarakan Keluhan Warga Kedungrejo Melalui Video Dokumenter 'Suara Kedungrejo'

24 Juli 2024   08:38 Diperbarui: 24 Juli 2024   08:46 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arsip Desa Kedungrejo 

Mahasiswa Belajar Bersama Komunitas (BBK) 4 Universitas Airlangga yang bertugas di Desa Kedungrejo, Kecamatan Modo, Lamongan, telah meluncurkan salah satu program kerja mereka, yaitu 'Suara Kedungrejo'. Program ini berbentuk pembuatan video dokumenter yang menyoroti pendapat dan harapan warga desa terkait masalah banjir tahunan yang selama ini belum mendapatkan solusi dari pemerintah.

Desa Kedungrejo memiliki permasalahan banjir yang terjadi setiap tahun, yang bahkan bisa berlangsung selama berbulan-bulan. Meskipun telah dikunjungi oleh pihak pemerintah, hingga saat ini belum ada tindakan nyata yang mampu mengatasi masalah tersebut. Akibatnya, warga desa, yang sebagian besar adalah petani, terus mengalami gagal panen karena sawah mereka terendam air. Hal ini berdampak besar pada ekonomi lokal karena panen merupakan sumber pendapatan utama warga Kedungrejo.

Program 'Suara Kedungrejo' berusaha menyuarakan keluhan dan harapan warga melalui media yang bisa menjangkau perhatian lebih luas, termasuk pihak pemerintah. Dalam video dokumenter tersebut, berbagai warga desa memberikan kesaksian tentang dampak buruk banjir terhadap kehidupan mereka. Mereka berbicara tentang kerugian ekonomi akibat gagal panen, kerusakan fasilitas pendidikan karena sekolah yang terendam air, dan berbagai masalah lainnya yang timbul dari bencana tahunan ini.

Arsip Desa Kedungrejo 
Arsip Desa Kedungrejo 

Salah satu warga, Pak Sukamto, yang merupakan petani sekaligus Kepala Dusun Gabang, mengungkapkan, "Setiap tahun banjir karena daerahnya dataran yang paling rendah. Jadi pada waktu musim tanam pertama itu terjadi banjir sampai 70 cm dari lahan pertanian, sehingga warga Desa Kedungrejo selalu gagal panen."

Selain masalah ekonomi, banjir yang terus terjadi juga merusak berbagai fasilitas umum, termasuk sekolah-sekolah di desa. Akibatnya, proses pendidikan terganggu karena fasilitas yang rusak dan tidak memadai untuk kegiatan belajar mengajar. Ini menambah beban warga yang sudah menderita karena kerugian ekonomi.

Dengan adanya program kerja 'Suara Kedungrejo', para mahasiswa berharap bisa menarik perhatian pemerintah dan pihak terkait lainnya untuk segera mengambil tindakan yang nyata dalam mengatasi banjir di Desa Kedungrejo. Mereka berpendapat bahwa solusi yang efektif dan berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk mengakhiri penderitaan warga desa.

Program 'Suara Kedungrejo' diharapkan dapat menjadi jembatan komunikasi antara warga desa dan pemerintah, serta mendorong adanya solusi konkret yang bisa memberikan dampak positif jangka panjang bagi kehidupan masyarakat Desa Kedungrejo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun