Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler | Teknologi untuk semua orang, maka semua orang perlu melek teknologi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Kisah Penderita Kanker: Jangan Ambil Nyawaku

28 Februari 2025   22:01 Diperbarui: 1 Maret 2025   06:56 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film: Jangan Ambil Nyawaku (sumber: tirto.id: FOTO/MOLATV) 

Kanker, sampai sekarang masih menjadi momok bagi sebagian besar orang. Biaya yang tidak sedikit, hingga dapat mengakibatkan kebangkrutan. Banyak kasus keluarga yang sampai menjual rumah atau asset lainnya, demi biaya untuk pengobatan kanker.

Perubahan fisik dan rasa sakit yang dapat mengakibatkan penderita menjadi lebih sensitif, seperti yang umum terjadi pada orang-orang yang sedang dalam kondisi sakit, terutama sakit yang berat. Tidak jarang hal ini juga mengakibatkan kelelahan mental bagi keluarganya yang menjadi care giver bagi penderita.

Kelelahan emosi yang dialami bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani. Perlu kesabaran dan ketegaran, terutama bagi orang-orang terdekat penderita.

Film “Jangan Ambil Nyawaku”, dibintangi oleh Lenny Marlina dan Frans Tumbuan, para artis papan atas pada jamannya. Film ini menceritakan dinamika keluarga, dimana salah satu anggotanya divonis menderita kanker rahim. Film yang disutradarai oleh Sophan Sophiaan ini, diproduksi pada tahun 1981, dan diangkat dari cerita novel dengan judul yang sama, karya "Titie Said". Kisahnya masih sangat relevan dengan jaman sekarang.

Pasangan suami istri Hans Tobing dan Non, menikah tanpa restu keluarga Hans, karena perbedaan suku. Namun mereka hidup bahagia hingga memiliki tiga anak. 

Pada akhirnya pernikahan mereka pun diakui dan Non diterima secara adat oleh keluarga Hans.

Ujian datang justru setelah itu. Sang istri, Non, divonis menderita kanker rahim sementara bisnis Hans juga sedang mengalami kegoncangan. Dalam kondisi seperti itu, godaan untuk berbuat curang dalam bisnis dapat dilewati oleh Hans, yang digambarkan sebagai pria yang jujur dan setia. Demi biaya pengobatan Non, Hans terpaksa menjual salah satu rumah milik mereka.

Di awal-awal sakitnya, Non masih berpikir positif ketika mengetahui dirinya menderita kanker. Dia masih percaya bahwa dia dapat memperjuangkan hidupnya. Meski demikian, dia bersikeras mempersiapkan mental anak-anaknya untuk menghadapi kondisi terburuk.

Dalam film ini terlihat bagaimana lingkungan sekitar mempengaruhi naik turunya emosi si penderita. Teman sekamar di rumah sakit, sesama penderita kanker, banyak mengeluh dan berbicara tentang kematian. Sehingga sedikit banyak mempengaruhi kondisi psikologi Non.  

Beberapa konflik lain diperlihatkan memberikan kesan, ketika salah satu anggota keluarga ada yang sakit keras, ada saja ujian-ujian hidup lainnya yang datang, seolah menguji iman dan kesabaran. Persis seperti yang biasanya terjadi dalam kehidupan nyata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun