Dalam film ini, kesabaran Hans, sebagai suami, diuji dengan emosi sang istri yang naik turun. Beruntung ada adik Non, yang membantu mengurus anak-anak mereka. Anak-anak yang diam-diam mencari tahu tentang penyakit kanker, sehingga mereka ikut merasa sedih dan khawatir dengan kondisi ibu mereka.
“Tuhan, jangan ambil nyawaku! Tuhan, biarkan aku hidup beberapa tahun lagi!”, demikian permintaan Non pada Tuhan.
Menurut saya, film ini sukses memperlihatkan bahwa penyakit kanker bukanlah hal yang mudah diterima dan dijalani. Biaya perawatan yang tidak murah dan makan waktu, juga kenyataan bahwa penyakit kanker masih sulit disembuhkan sampai sekarang. Malah tanpa disangka-sangka kanker itu seringkali menjadi penyakit yang menggerogoti tubuh si penderita, seperti diceritakan dalam film ini. Penderita seolah diminta mempersiapkan kematiannya. Hal ini dapat membuat penderita tergoda untuk fokus pada penderitaan dan bebanya sendiri, sehingga lupa bahwa orang-orang di sekitarnya juga manusia yang mungkin punya permasalahannya sendiri.
Non, yang menderita kanker, tidak menyadari kalau Hans punya masalah dengan dirinya sendiri. Hans pun tidak menceritakan permasalahannya pada Non. Hal ini mengakibatkan kesalahpahaman diantara mereka. Untungnya konflik dapat diselesaikan dengan bantuan pihak luar, yaitu dokter yang mengetahui permasalahan sebenarnya.
Hans dan Non pun kembali saling mendukung. Hans tetap sabar dan selalu berusaha menyemangati Non yang mulai menurun baik kondisi fisik maupun mentalnya.
Alur cerita dan akting para pemain utamanya membuat film ini mengalir seperti apa adanya yang umum terjadi dalam kehidupan nyata. Permasalahan yang "berat", terasa ringan ditonton tanpa kehilangan rasa. Mungkin inilah kelebihan film ini. Film drama berdurasi kurang lebih dua jam, yang tidak terlalu banyak dramanya.
Bagi keluarga-keluarga yang sedang lelah secara emosi karena merawat anggota keluarga yang sedang menjalani perawatan akibat kanker, dan juga bagi para penderita kanker, mungkin bisa menonton film ini untuk sekedar menyadari, bahwa mereka tidak sendirian. Saling mendukung dan saling pengertian diantara penderita dan keluarganya dapat menjadi semangat yang membuat beban jadi lebih ringan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI