Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Job Fair, Headhunter, Online Job Portal, Mana yang Lebih Efektif?

29 November 2024   01:25 Diperbarui: 29 November 2024   01:43 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Job Fair (sumber: www.thejobfairs.co.uk)

Job fair, menurut saya lebih cocok untuk fresh graduate tetapi tidak untuk yang berpengalaman sesuai skill dan mengharapkan gaji yang bisa dinegosiasikan.

Mungkin itu makanya job fair lebih sering diadakan di kampus-kampus perguruan tinggi. Di mana para mahasiswa yang baru lulus atau sebentar lagi akan segera menyelesaikan pendidikannya dapat melamar dan langsung interview (walk in interview). Saya rasa perusahaan-perusahaan yang ikut dalam job fair juga sudah tahu target pelamarnya dari jurusan apa saja. Keuntungannya buat mereka adalah mendapatkan calon tenaga kerja yang masih "fresh", untuk dilatih menjadi professional yang diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Karena masih harus dilatih, tentu gajinya pun disesuaikan. Sementara untuk calon karyawan, kesempatan mereka untuk diterima juga lebih besar.

Untuk job fair di luar kampus, rasanya perlu dipertimbangkan kira-kira berapa banyak calon pelamar yang akan datang. Karena job fair yang diadakan di kampus dan untuk umum berbeda. Biasanya job fair untuk umum akan banjir peminat. Jadi apakah melamar langsung melalui job fair dengan "terlalu" banyak pelamar akan efektif? Berapa menit waktu yang dibutuhkan untuk melakukan interview per orang? Apakah dengan begitu banyak pelamar yang datang akan kebagian waktu semuanya? Dalam kasus ini, akan lebih baik untuk submit lamaran secara online. Atau melalui situs-situs penyedia lowongan kerja seperti jobstreet, jobsdb, dll. Atau jika sebelum job fair, mereka sudah menyediakan formulir online untuk diisi pelamar via Internet, dan Anda sudah menerima nomor antrian untuk diwawancarai atau untuk test, itu akan lebih baik daripada menunggu yang tak pasti, karena akan buang-buang waktu percuma. Selain itu, sebaiknya cek dulu jenis-jenis lowongan pekerjaan yang ditawarkan. Jika tidak ada yang cocok, buat apa datang ke job fair.

Untuk yang sudah memiliki pengalaman cukup, menurut saya akan lebih baik jika pendekatan dengan headhunter. Karena mereka tahu apakah ada lowongan pekerjaan yang cocok untuk Anda. Dan biasanya jika mereka tertarik dengan resume yang diberikan, dan kebetulan ada kebutuhan yang sesuai dengan skill dan pengalaman kita, mereka akan langsung wawancara awal untuk mengetahui lebih banyak tentang kita, agar mereka dapat "menjual" resume kita kepada client dengan cara yang tepat. Tentunya ini akan menghemat banyak waktu. Seorang headhunter pasti akan berusaha "menjual" dengan baik karena itu adalah pekerjaan mereka dimana mereka dibayar untuk itu. Tapi jangan salah, bukan pelamar yang membayar. Dan jangan pernah mau jika diminta untuk membayar dengan alasan apapun. Kalaupun belum ada lowongan kerja yang sesuai dengan skill kita, biasanya data kita akan disimpan dan mereka akan melihat lagi jika di kemudian hari ada kebutuhan.  

Ada banyak situs penyedia lapangan kerja yang juga bisa dicoba. Keuntungan menggunakan situs penyedia lapangan kerja adalah data Anda sudah "terbaca" oleh sistem ketika mengisi data secara online, sehingga dapat langsung dikelompokan, dan dicocokan dengan lowongan kerja yang ada. Ada kemungkinan headhunter akan menghubungi Anda, ada kemungkinan Anda cuma dikirimi news letter berisi daftar lowongan kerja yang cocok dengan Anda, dan keputusan Anda sendiri apakah akan melamar atau tidak. Ada kalanya juga perusahaannya yang langsung kontak kita. Namun, belakangan ini nampaknya CV dan resume kita mulai dibaca oleh AI, tetapi belum sepenuhnya "satau bahasa" dengan manusia. Maka, pastikan CV atau resume kita sudah benar. Bebas typo, tata bahasanya baik, kata kuncinya juga sesuai, agar dapat memenuhi syarat secara "AI".  

Satu hal yang perlu disadari adalah, mencari pekerja itu tidak mudah. Maka itu di beberapa perusahaan yang menghargai karyawan dan sadar bahwa mencari karyawan yang cocok itu tidak mudah, diberikan kesempatan kepada karyawan yang ada untuk mereferensikan seseorang. Jika orang itu lolos dan dapat bertahan sampai masa probation selesai, karyawan yang mereferensikan akan mendapatkan insentif atas referensinya. Jadi, kadang-kadang kita juga bisa tanya-tanya teman, kenalan mengenai lowongan kerja yang sesuai dengan skill kita. Siapa tahu pas sedang ada lowongan.

Jadi menurut saya, yang paling efektif adalah pendekatan ke headhunter. Namun demikian job fair juga penting untuk para fresh graduate dan untuk jenis-jenis skill tertentu.

Tetapi yang lebih penting lagi adalah kesiapan seorang pelamar kerja. Apapun jalurnya, kalau si pelamar tidak siap, apapun jalurnya, akan sulit lolos dalam test dan wawancara untuk mendapatkan sebuah pekerjaan.  Maka itu, diharapkan pemerintah juga peka akan hal ini. Job fair saja tidak akan efektif jika tenaga kerjanya tidak tersedia. Pelamar banyak tetapi yang sesuai dengan kebutuhan belum tentu sebanyak itu. Ada baiknya pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan untuk bisa menyediakan tenaga kerja yang sesuai kebutuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun