Banyak pihak mempermasalahkan mengenai regulasi untuk AI yang dipakai secara umum, seperti salah satu contohnya adalah ChatGPT dan beberapa teknologi AI yang dipakai untuk membuat gambar dan video.
Mengapa penggunaan AI membutuhkan regulasi?
Salah satu alasannya adalah karena AI dapat menciptakan berita bohong, informasi yang tidak benar, atau rumor, yang biasanya dibuat untuk mempengaruhi opini masyarakat terhadap sesuatu. Informasi itu dapat dibuat dalam bentuk text, rekaman suara, video, dan juga gambar.Â
Dengan kenyataan ini, berita-berita bohong semakin sulit di deteksi, karena semua bentuk informasi itu dapat saling mendukung jika disatukan.Â
Berita berupa teks yang dilengkapi dengan "bukti" gambar, video, atau rekaman suara yang menjadi satu kesatuan dalam sebuah berita, tentunya akan sulit dibantah jika hanya percaya begitu saja tanpa pemikiran dan analisa lebih lanjut. Bahkan gerak bibir orang ketika berbicara sudah dapat ditiru.Â
Dengan kemampuan AI yang seperti itu, sebuah video dapat menampilkan seseorang sedang berbicara tentang sesuatu hal atau melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dia lakukan.Â
Biasanya yang jadi target adalah orang-orang terkenal atau public figure. Tentunya ada tujuan tertentu yang hendak dicapai. Contohnya adalah video yang menirukan gerak bibir Obama. (Bisa di cari menggunakan mesin pencari)
Lantas bagaimana cara mengetahui yang mana fake news yang mana yang bukan? Butuh analisis dan logika yang cukup dalam untuk mengetahuinya. Dan itu semua butuh data.Â
Tidak semua orang dapat melakukanya, selain alasan buang-buang waktu mencari data kesana-kemari, browsing sana browsing sini untuk menentukan apakah berita itu benar atau tidak.
Kenyataannya fake news tidak selalu beritanya antara benar atau tidak. Ada juga yang menyajikan informasi sekedar untuk menggiring opini publik ke arah yang dia mau.Â