Wanita Lebih Menggunakan Emosi daripada Logika?Â
Wanita terkenal lebih menggunakan emosi. Dimana menurut beberapa sumber, emosi ini mengurangi logika. Benar juga sih. Emosi, yang sering disebut juga sebagai perasaan, termasuk didalamnya pengalaman tentang rasa cinta, benci, marah, kepercayaan, sukacita, panik, duka cita, takut, adalah perasaan yang kuat yang timbul dari suasana hati dan hubungan antar manusia.
Baik laki-laki maupun perempuan memiliki emosi. Namun bagi perempuan emosi ini lebih dominan. Makanya perempuan lebih dapat mengekspresikan semua rasa yang tercakup dalam emosi tadi. Menurut saya ini adalah suatu kelebihan. Namun tergantung orangnya juga bagaimana dia mengolah emosi. Jika salah mengolah bisa menjadi kekurangan, jika diolah dengan benar maka dapat menjadi kelebihan. Â
Benarkah emosi mengurangi logika? Kita ambil contoh, ketika jatuh cinta, baik laki-laki maupun perempuan, cenderung mengesampingkan logika karena dikuasai perasaan alias emosi. Konon katanya ketika orang jatuh cinta, tahi kucing pun rasa coklat. Logikanya dimana coba? Sekalipun cinta itu buta, tahi kucing gak mungkin rasa coklat.
Contoh lain, jika ada dua orang bertengkar, orang yang menggunakan logika lebih bisa meredam emosi. Sedangkan jika keduanya lebih mengedepankan emosi, yang terjadi adalah sahut menyahut saling berusaha memposisikan diri sebagai pihak yang benar sementara yang lain adalah pihak yang salah.
Perempuan dan Lelaki Punya Hak dan Kewajiban yang Sama Dalam Hal Mencari Nafkah
Jaman dulu, banyak anak perempuan yang "disengaja" tidak mendapatkan pendidikan yang sama dengan pria karena stereotip bahwa perempuan identik dengan urusan domesik rumah tangga, seperti memasak, membesarkan anak, membersihkan rumah, dsj.Â
Terkesan bahwa pekerjaan domestik rumah tangga adalah hanya tanggung jawab wanita/istri saja. Padahal itu adalah tanggung jawab bersama seluruh anggota keluarga.Â
Sah-sah saja jika ada pembagian tugas, misalkan suami yang bekerja mencari uang untuk keperluan rumah tangga sementara istri yang bertanggung jawab dalam urusan domestik. Tetapi bukan berarti istri menjadi mutlak tidak boleh membangun karir di luar rumah, dan hanya berhak bekerja di rumah saja untuk keperluan internal keluarga.