Saya adalah orang yang cukup beruntung karena lahir, hidup, dan menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang beragam. Karena semua itu menjadi bekal saya, di kemudian hari, hidup ditengah-tengah orang-orang yang beragam, yang berasal dari berbagai negara, dengan berbagai budaya, bahasa dan kepercayaan, termasuk yang atheis.
Hidup di tengah masyarakat yang beragam artinya berani membuka mata terhadap perbedaan dan hidup dalam perbedaan itu tanpa merasa terganggu atau merasa harus "mengganggu". Â Termasuk ketika bulan Ramadan tiba, dimana orang-orang sekitar berpuasa, namun kami tidak. Yang ada, saya sih senang-senang saja, bisa ikutan beli kolak dan rujak asin yang dijual tetangga setiap sore selama bulan Ramadan.
Kebetulan saat ini puasa umat Katolik berbarengan dengan puasa umat Muslim. Walau bentuk puasanya berbeda, tetapi saya rasa intinya sama. Buat saya, puasa dan pantang adalah sebuah latihan rohani untuk melawan hawa nafsu yang datang dari diri sendiri. Pemicu keluarnya hawa nafsu mungkin bisa dari orang lain atau lingkungan sekitar. Tetapi kalau kita sadar, kita seharusnya bisa menguasai diri agar tidak dikontrol oleh iblis (hawa nafsu).Â
Cara setan menggoda kita bisa lewat orang lain yang memancing emosi, bisa lewat pemandangan yang diperlihatkan kepada kita, bisa lewat kesempatan untuk korupsi atau mengambil keuntungan dari orang lain yang kebetulan ada di depan mata, dll. Jika misalkan terlanjur tergoda, bisakah kita salahkan orang lain yang memancing emosi kita, atau pemandangan yang membuat hati kita bimbang antara mengikuti bisikan setan atau tetap tegar bertahan dalam kebenaran.Â
Atau bisakah kita salahkan kesempatan yang ada yang membuat kita melakukan tindak korupsi, karena kebatulan juga tidak ada yang lihat dan dengan harapan tidak ada yang bakal tahu juga.Â
Saya rasa tidak bisa, karena toh kita sendiri yang berbuat meski karena ada godaan. Maka puasa menurut saya adalah sebuah latihan rohani untuk menguasai diri sendiri agar tidak dikontrol oleh setan penggoda.Â
Puasa juga berarti menyangkal diri. Menyangkal diri artinya tidak mengambil hak kita untuk membalas perbuatan orang lain yang tidak menyenangkan terhadap kita. Jika ada orang mengusik kita, kita berhak marah dan membalas. Tetapi, dengan menyangkal diri, maka kita menahan diri dan melepas hak untuk marah dan membalas. Memangnya bisa? Makanya berpuasalah sebagai latihan untuk menahan diri terhadap hawa nafsu. Bukan sesuatu yang mudah, tetapi pasti bisa. Selamat berpuasa! (VRGultom)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H