Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Buat Apa Belajar Berhitung Kalau Sudah Ada Kalkulator?

6 Maret 2023   23:43 Diperbarui: 6 Maret 2023   23:56 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: demmelearning.com

Lha kan matematika dalam kehidupan sehari-hari  itu bukan cuma sekedar melakukan perhitungan-perhitungan tambah, kurang, bagi, kali, dan hitungan matematika lainnya.

Pergi jalan-jalan perlu menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan, berapa jarak yang ditempuh, dan berapa minimal uang yang harus disediakan. Jam berapa harus bangun kalau anak sekolah harus sampai di sekolah jam 5 pagi. Apa untung ruginya membeli sebuah barang, dst. Ngitungnya mungkin bisa menggunakan kalkulator, tetapi inisiatif dan ide untuk menghitungnya hanya datang dari orang-orang yang cerdas. Bukan dari kalkulatornya.

Menurut saya belajar itu ada tahapannya. Mulai dari mendengar, melihat, mengulang, menghapal, mempraktekan dan mengaplikasikan, hingga pada akhirnya mengembangkan. Mengembangkan dalam arti menciptakan sesuatu yang baru. Atau mungkin mulai mempelajari sesuatu yang sudah ada dengan modal keterampilan yang sudah dimiliki dan kemudian membuat sesuatu yang baru.

Misal mempelajari mengapa kalkulator bisa menghitung sendiri. Tentu untuk menemukan jawabannya, kita harus sudah tahu dan mengerti dulu metoda perhitungan dasar seperti tambah, kurang, kali, dan bagi. Setelah mengerti cara kerja kalkulator, mungkin bisa membuat kalkulator yang lebih canggih. Misalnya yang bisa mengerti  hitungan matematika secara bahasa sehari-hari (soal cerita).

"Saat ini saya berada di Bandung dan hendak berlibur ke Bali. Saya hanya bisa cuti dua hari saja  dan Budget saya hanya Rp. 5 juta. Saya ingin menghabiskan waktu di Ubud dengan kegiatan-kegiatan A, B, C, D di sekitaran Ubud. Tolong buatkan itinerarynya!"

Maka kalkulator tersebut akan melakukan perhitungan dan mengeluarkan hitungan maximal biaya perhari yang boleh dikeluarkan agar tidak over budget, menghitung waktu, dan jarak antar tempat. Mungkin dihubungkan ke data-data tujuan wisata di tempat terkait, agar dapat mencari tahu jarak tempat-tempat untuk kegiatan-kegiatan dan lamanya waktu kegiatan yang dimaksud, dst. 

Sekolah, kalau cuma sekedar mencari nilai, rasanya akan kurang berguna di kemudian hari ketika terjun ke kehidupan yang sebenarnya. Dulu belajar coding baru mulai di SMA, itu pun baru dasar matematisnya saja. Semantara belajar coding sebenarnya baru di perguruan tinggi. Sekarang? Anak SD pun sudah dianjurkan untuk belajar coding. Hal ini berarti setiap saat ada perubahan dalam hidup. 

Pada akhirnya, kita semua tahu kalau selama hidup itu, kita tidak akan pernah berhenti belajar dan mengerti belajar itu bukan sekedar untuk mendapatkan nilai atau reward yang lainnya. Tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan, untuk hidup yang semakin berarti, untuk terus berkarya dan menghasilkan sesuatu yang berguna bagi perkembangan jaman. Minimal berguna untuk perkembangan diri sendiri. Kekecualian untuk orang-orang berjiwa "tua" yang, maaf, mungkin hanya menunggu ajal menjemput. Tidak berbuat apa-apa karena selalu merasa sudah tua, padahal mencapai usia lansia pun belum!

Sekarang, jaman ChatGPT (baca: Artificial Intelligence), dimana di beberapa bagian, teknologi ini akan menggantikan peran manusia. Jadi apakah kita harus merasa terancam? Jawabannya ada pada diri masing-masing. Apakah kita cuma sekedar mempraktekan apa yang kita tahu tanpa ada usaha mengembangkannya atau mau terus belajar dan menemukan sesuatu yang baru.

Buat apa belajar matematika kalau sudah ada kalkulator, komputer, bahkan ada robot yang bisa menyelesaikan soal-soal matematika?

Buat apa belajar coding kalau sudah ada ChatGpt yang dapat menyelesaikan coding pemrograman komputer?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun