Mamaku, seorang ibu, seorang penjahit, dan seorang pemimpin. Cuma tiga jabatan, tetapi timbul pertanyaan, bagaimana beliau mengatur waktu. Seorang ibu dengan banyak anak, tanpa asisten rumah tangga, terima jahitan, dan masih aktif pula ambil bagian dalam organisasi.
Ternyata mengatur waktu bukan sekedar melakukan tugas tepat waktu, mengatur prioritas, dan mengatur jadwal kegitatan dan disiplin dengan semua itu. Mengatur  waktu juga berarti memimpin orang lain, anak-anaknya, untuk ikut punya tanggung jawab mulai dari tugas-tugas kecil yang bertambah sedikit demi sedikit seiring bertambahnya usia anak.Â
Mulai dari tugas membereskan meja makan, menaruh piring bekas makan pada tempatnya, kemudian bertambah dengan ikut membantu mencuci piring, dan akhirnya masing-masing anak memiliki tugasnya masing-masing yang dijadwal bergantian. Tugas mencuci piring hari Senin Anak pertama dan kedua, hari Selasa anak ketiga dan keempat, dst.Â
Dengan demikian, mama masih punya waktu menjahit pakaian para pelanggannya yang kadang-kadang dikerjakan sampai malam hari, terutama jika jahitan sedang banyak. Biasanya anak-anaknya ikut membantu memasangkan kancing, menyetrika dan merapihkan jahitan, Â serta tugas-tugas kecil lainnya.
Selain pekerjaan-pekerjaan untuk kepentingan internal keluarga, mama juga masih ambil bagian dalam organisasi sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan makanan dan pengaturannya dalam setiap event. Kala itu, belum jamannya pesan catering, atau beli makanan jadi. Semuanya dimasak sendiri.Â
Jadi tugas mama mengatur, keluarga mana yang memasak makanan A, siapa yang memasak makanan B, dst. Hingga pada saat acara, semua jenis makanan itu sudah lengkap dan tinggal disajikan saja.Â
Kami anak-anaknya juga ikut membantu kalau ada makanan yang harus dimasak di rumah kami, walau hanya sekedar membersihkan sayuran, bumbu, dan pekerjaan-pekerjaan ringan lainnya. Itulah mama sebagai pemimpin yang sanggup menggerakan para anggotanya. Sebagai pemimpin, beliau tahu pekerjaan apa saja yang dapat didelegasikan kepada para anggotanya dan kepada anak-anaknya.
Terkadang mama juga cerewet seperti perempuan lainnya. Katanya kalau tidak cerewet bukan perempuan namanya. Tetapi apakah cerewet itu selalu negatif?
Kenyataannya, kalau tidak ada yang cerewet, tidak akan ada perbaikan atau peningkatan ke arah yang lebih baik
Kalau tidak ada yang cerewet, tidak ada kontrol terhadap sesuatu. Semua bisa seenaknya. Akibatnya? kacau balau!