Dengan adanya teknologi itu, seharusnya keakuratan publikasi suatu peristiwa yang terjadi di suatu tempat setidaknya dapat ditingkatkan tanpa mengurangi kecepatan waktu publikasi.
Bagaimana dengan ulasan masalah, sejarah, profil seseorang, dsj?
Sumber berita untuk itu jauh lebih banyak lagi bertebaran di Internet dalam berbagai bahasa. Keahlian jurnalis dalam membuat berita dengan sumber yang berlimpah dan mudah didapat tentunya menjadi lebih mudah karena ia dapat lebih fokus pada pekerjaan intinya.Â
Saat ini, pekerjaan jurnalistik adalah pekerjaan lama dengan teknologi baru. Sama dengan jenis pekerjaan lain. Karena itu, menurut saya, keahlian yang sebenarnya dari seorang yang menggeluti suatu bidang benar-benar diasah. Demikian pula dengan jurnalis. Jurnalis mungkin tidak lagi harus mengalokasikan banyak waktu untuk mencari sumber tulisan, namun dengan kemudahan itu justru kemampuannya untuk membuat ulasan atau tulisan yang bagus dan terpercaya bisa lebih nampak.
Bukan sebaliknya, dengan kemudahan mendapatkan sumber tulisan malah hanya sekedar copy paste dari media ke media atau comot sedikit dari sana, sedikit dari situ, dan kemudian dipublikasikan disini.
Demikian pula dengan berita-berita politik, sebaiknya pers tetap bersikap netral tidak kekiri atau kekanan. Bukankah pembaca juga lebih suka membaca berita yang netral-netral saja sekalipun mereka berpihak ke kiri atau ke kanan?
Hal ini juga penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan berbangsa dan bertanah air. Pers sebaiknya tidak memancing keributan ditengah masyarakat dengan tulisan-tulisan yang provokatif.
Perlukah judul yang provokatif untuk memancing orang untuk membaca isi berita?
Ya perlu, tetapi provokatif disini tentunya bertujuan untuk memprovokasi pembaca agar membaca isi berita atau tulisan sampai tuntas. Bukan provokatif yang membuat pembaca panas hati sebelum membaca isi beritanya.
Memang kebanyakan orang Indonesia tidak suka membaca walau selalu ingin terlihat "exist" dan tidak ketinggalan berita.