Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Percaya Diri dan Bermental Baja dalam Menghadapi Senior yang Pola Pikirnya Tertutup

1 Agustus 2021   01:49 Diperbarui: 2 Agustus 2021   01:04 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian ternyata ada juga orang-orang yang memang sekadar merasa senior dan memandang rendah orang-orang yang dianggap junior.

Ilustrasi senior dan junior di tempat kerja | sumber: sundayobserver.lk
Ilustrasi senior dan junior di tempat kerja | sumber: sundayobserver.lk

Suatu waktu, saya harus mengambil alih pekerjaan seorang teman yang tiba-tiba mengundurkan diri. 

Saat itu saya masih tergolong karyawan baru karena belum setahun bekerja di situ. Selain itu, memang saya baru lulus kuliah, dan itu adalah pekerjaan pertama saya. 

Karena business user tidak mau dilayani oleh saya, maka dia tidak pernah mau berkomunikasi langsung dengan saya. 

Setiap ada masalah dengan pekerjaan yang kini ditangani oleh saya, dia selalu berkomunikasi langsung dengan atasan saya dan hanya mau dilayani oleh atasan saya.

Untunglah atasan saya cukup bijaksana disamping dia pun sibuk dengan hal lain. Pekerjaan tetap diberikan kepada saya karena itu memang sudah menjadi tanggung jawab saya. 

Ternyata cara saya menangani masalah berbeda dengan rekan kerja sebelumnya. Dan pengguna sistem ini, selalu menganggap apa yang saya kerjakan tidak benar dan menganggap saya hanya anak bawang yang kurang berpengalaman. Karena saya tahu apa yang saya kerjakan tidak salah, maka sering terjadi ngotot-ngototan yang berujung saling lapor. 

Maklum saat itu saya juga masih muda dan belum terlalu pandai menghadapi macam-macam orang. Akhirnya atasan saya meminta saya untuk melakukan "pendekatan" dengan cara lain terhadap business user yang menyusahkan ini. Saya dianjurkan untuk menjalin hubungan sebagai seorang teman daripada sekadar rekan kerja. 

Seorang teman yang mau memberikan perhatian terhadap kehidupan pribadinya. Setelah beberapa lama masih dianggap "musuh", akhirnya orang ini mencair juga. Dan akhirnya kami berteman baik bahkan sampai saya tidak lagi bekerja di perusahaan yang sama. 

Saat itu, pekerjaan pun menjadi lebih ringan karena komunikasi membaik dan saling mengerti tanggung jawab dan kemampuan masing-masing. Kami jadi saling mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun