Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Yang Benar adalah "Takut Menularkan" Bukan "Takut diCovidkan"

1 Juli 2021   22:04 Diperbarui: 2 Juli 2021   11:29 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ww2cdn.frost.com

Tidak sadarkah mereka, bahwa bahkan ketika cuma mengidap flu biasa pun, seharusnya penderita "tahu diri" untuk tidak menyebarkan virus kepada sekelilingnya? Seharusnya penderita sendiri yang secara sadar mengambil tindakan tinggal di rumah sementara waktu, beristirahat sampai sembuh, agar tidak menularkan penyakit pada orang lain disekitarnya. 

Bahkan ada pesan WA yang beredar agar jangan buru-buru ke rumah sakit jika ada gejala-gejala seperti terpapar virus COVID-19, karena khawatir akan di-COVID-kan. Mungkin ada benarnya untuk tidak buru-buru ke rumah sakit memeriksakan diri, tetapi mengapa juga harus ditambahkan pesan kekhawatiran akan dicovidkan. 

Seharusnya bukan takut "dicovidkan", tetapi takut menularkan. Tidak perlu ada kekhawatiran dicovidkan (atau dianggap terpapar COVID), tetapi khawatir menularkan virus COVID pada orang lain. Bukankah, dalam keadaan sakit seseorang harus menjaga dirinya sendiri agar cepat sembuh, dan juga bertanggung jawab untuk berusaha tidak menularkan pada orang lain jika penyakitnya adalah penyakit yang menular, apalagi jika penularannya cepat seperti virus COVID-19 ini. 

Hal yang wajar jika seseorang yang sudah terlanjur terpapar diwajibkan mengisolasi diri. Tujuannya semata-mata adalah agar penularan kepada orang lain dapat dicegah. Jadi bukan karena dianggap aib.   

Untuk kelompok orang yang masih menganggap COVID-19 tidak ada, saya rasa harus ditegaskan kepada mereka apa yang menjadi prinsip kita. Misal, untuk sementara waktu tidak kumpul-kumpul dulu, jadi silahkan kumpul-kumpul sendiri saja dengan kursi-kursi kosong. Sementara tidak saling mengunjungi, jika ngotot, sampaikan permintaan maaf demi kesehatan bersama, tetap tidak menerima tamu dulu. Mereka pun harus bertoleransi pada kelompok yang berbeda paham bukan? 

Semoga pandemi segera bisa diatasi dengan kerja sama seluruh pihak, termasuk masyarakat luas. 

(VRG) 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun