Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Curah Hujan Tak Menentu Bak Harga Emas yang Naik Turun

5 Januari 2021   21:59 Diperbarui: 5 Januari 2021   22:02 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: flowworks.com

Musim penghujan telah tiba. Pagi-pagi langit cerah, siangnya panas agak menyengat, eh sorenya tiba-tiba hujan deras dan langit gelap. Begitulah musim penghujan didaerah saya saat ini. 

Cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu, curah hujan yang kadang biasa-biasa saja, kadang deras, bak harga emas yang naik turun membuat dag dig dug der terutama saat berada diluar rumah.

Bukan cuma masalah hujannya, tetapi angin kencang membuat pohon-pohon tua dipinggir jalan pun bergoyang-goyang, takut ada ranting pohon besar yang tiba-tiba jatuh dan menimpa orang-orang atau kendaraan yang lewat dibawahnya. Bahkan sudah ada kejadian pohon besar tumbang menimpa dua pengendara motor walau saat itu dikabarkan sedang tak ada angin dan hujan. (Referensi)

Apalagi kalau angin kencang dan hujan deras ya? Tepat hari Natal kemarin, rupanya kejadian pohon tumbang terjadi lagi, korban meninggal satu orang.

Saya sendiri pernah melihat pohon tumbang yang menimpa sebuah rumah, di jalan yang biasa saya lewati setiap hari, ketika masih SMA, bertahun-tahun lalu. Sangat berbahaya sekali, karena sekalipun rumahnya kokoh, pohon tua yang sangat besar itu jauh lebih berat ketika menimpa rumah tersebut.

Tepat didepan rumah orang tua saya, dulu ada pohon mahoni yang sudah tua. Dari jaman saya kecil sampai saya merantau dan pulang kala liburan, masih ada. Ranting-rantingnya yang cukup besar beberapa kali jatuh dan menimpa pengendara motor yang melintas. Untunglah akhirnya pemerintah daerah melakukan peremajaan terhadap pohon-pohon tua dijalanan tersebut. Dan pohon mahoni itu pun ditebang, kemudian dibeberapa tempat ditanami pohon baru yang mungkin butuh puluhan tahun untuk menjadi besar seperti pohon mahoni tua itu. Namun demi keselamatan, pohon-pohon tua itu dikorbankan.

Mengapa sampai sekarang masih banyak kejadian-kejadian pohon tumbang di Bandung? Padahal tidak ada badai typhoon. Menurut beberapa tulisan, beberapa penyebabnya adalah angin kencang, usia pohon yang sudah tua, dan dahan-dahan pohon yang keropos akibat perbuatan manusia. Semoga pemda masing-masing wilayah yang bertanggung jawab dalam masalah ini, dapat mencegah kejadian-kejadian pohon tumbang terulang lagi. Bagaimanapun, pohon-pohon tersebut seharusnya diperiksa 'kesehatannya' secara berkala agar tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan.

Dari sisi masyarakat, sebaiknya hindari kegiatan diluar rumah ketika cuaca dalam keadaan hujan deras dan angin kencang. Karena ternyata ancaman datang bukan cuma dari pohon tumbang atau ranting pohon yang berjatuhan, namun juga papan-papan reklame yang mungkin dipasang tanpa memperhitungkan kemungkinan angin kencang. Apalagi di Indonesia, kehadiran papan-papan reklame di pinggir jalan cenderung kurang tertib.

Selain itu kemungkinan banjir dijalanan akibat curah hujan yang tinggi bukan cuma berbahaya bagi pejalan kaki, tetapi juga kendaraan dijalanan. Karena saluran air sepertinya dibuat tidak sesuai aturan, rata-rata kota-kota di Indonesia akan mengalami banjir pada saat musim hujan. Bahkan genangan air yang kecil saja dapat menyebabkan kemacetan jalan luar biasa. Daripada buang-buang waktu percuma dijalanan macet karena banjir, lebih baik diam dirumah menikmati hidup sambil produktif mengerjakan sesuatu. Bukankah sudah setahun ini kita terlatih untuk berkegiatan dirumah saja? Jadi walaupun di rumah pasti bisa produktif daripada dijalanan yang kurang aman saat musim penghujan yang sering disertai angin kencang.

Genteng bocor?

He...he...ternyata diam dirumah pun masih ada resiko. Curah hujan yang tiba-tiba bisa deras sekali, bisa membuat rumah yang tadinya aman-aman saja, tiba-tiba bocor disana-sini. Yah nikmati saja. Jangan nekat naik ke atas atap untuk memeriksa genteng bocor disaat hujan masih deras. Siapkan saja penampung air bocoran, dan nikmati suara tik tak tuk bocoran air hujan. Ditempat lain, mungkin malah kebanjiran sampai dua meter sehingga harus berdiam diri dilantai atas rumahnya. Bahkan pernah ada cerita teman-teman, yang malamnya tidur nyenyak tiba-tiba terbangun karena kedinginan, eh ternyata air sudah masuk kamar tidurnya dan nyaris bersaing dengan ketinggian tempat tidur. Haduh, bagaimana orang-orang yang tidurnya hanya diatas kasur tebal tanpa tempat tidur??

Kalaupun, harus keluar rumah, meski menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya siapkan payung, jas hujan dan topi untuk keadaan darurat. Mana tahu karena sesuatu hal harus keluar dari kendaraan padahal hujan sedang deras-derasnya. Kita orang Indonesia mungkin agak manja, malas membawa-bawa payung karena repot. Padahal itu alat yang sangat dibutuhkan disaat musim hujan. Apalagi untuk pejalan kaki. Jangan mengandalkan ojeg payung, karena jika ternyata tidak ada ojeg payung, malah jadi buang-buang waktu menunggu hujan reda. Jangan juga mengharapkan ada petugas yang siap memayungi Anda saat turun dari kendaraan, karena tidak semua tempat menyediakan fasilitas itu. Di musim hujan, pepatah sedia payung sebelum hujan sangat benar dalam arti yang sebenarnya. Karena musim hujan seperti sekarang ini sering disertai angin kencang, sebaiknya juga siap dengan jaket atau jas hujan untuk menahan angin kencang. 

Saya punya cerita tentang payung. Beberapa tahun lalu, saya berada di Manila untuk suatu pekerjaan. Dan saya berkesempatan mengalami hujan yang tidak seperti biasa terjadi di Indonesia. Hujan disertai angin kencang yang dapat menumbangkan pohon-pohon. Badai Typhoon. Payung saya terbalik-balik keatas bukannya kebawah seperti seharusnya. Sementara orang-orang lain didekat saya, yang sama-sama berjalan kaki dan berpayung, tampak anteng dengan payung masing-masing. Cuma payung saya sendiri yang terbalik-balik dan akhirnya saya putuskan untuk ditutup saja karena merepotkan. Dan saya berlari-lari ditengah hujan agar segera sampai ditempat tujuan. Rupanya payung yang saya bawa dari Indonesia tidak mampu menghadapi hujan disertai angin disana.Jadi sebaiknya sesuaikan payung dan alat bantu musim hujan lainnya dengan kondisi didaerah masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun