He...he...ternyata diam dirumah pun masih ada resiko. Curah hujan yang tiba-tiba bisa deras sekali, bisa membuat rumah yang tadinya aman-aman saja, tiba-tiba bocor disana-sini. Yah nikmati saja. Jangan nekat naik ke atas atap untuk memeriksa genteng bocor disaat hujan masih deras. Siapkan saja penampung air bocoran, dan nikmati suara tik tak tuk bocoran air hujan. Ditempat lain, mungkin malah kebanjiran sampai dua meter sehingga harus berdiam diri dilantai atas rumahnya. Bahkan pernah ada cerita teman-teman, yang malamnya tidur nyenyak tiba-tiba terbangun karena kedinginan, eh ternyata air sudah masuk kamar tidurnya dan nyaris bersaing dengan ketinggian tempat tidur. Haduh, bagaimana orang-orang yang tidurnya hanya diatas kasur tebal tanpa tempat tidur??
Kalaupun, harus keluar rumah, meski menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya siapkan payung, jas hujan dan topi untuk keadaan darurat. Mana tahu karena sesuatu hal harus keluar dari kendaraan padahal hujan sedang deras-derasnya. Kita orang Indonesia mungkin agak manja, malas membawa-bawa payung karena repot. Padahal itu alat yang sangat dibutuhkan disaat musim hujan. Apalagi untuk pejalan kaki. Jangan mengandalkan ojeg payung, karena jika ternyata tidak ada ojeg payung, malah jadi buang-buang waktu menunggu hujan reda. Jangan juga mengharapkan ada petugas yang siap memayungi Anda saat turun dari kendaraan, karena tidak semua tempat menyediakan fasilitas itu. Di musim hujan, pepatah sedia payung sebelum hujan sangat benar dalam arti yang sebenarnya. Karena musim hujan seperti sekarang ini sering disertai angin kencang, sebaiknya juga siap dengan jaket atau jas hujan untuk menahan angin kencang.Â
Saya punya cerita tentang payung. Beberapa tahun lalu, saya berada di Manila untuk suatu pekerjaan. Dan saya berkesempatan mengalami hujan yang tidak seperti biasa terjadi di Indonesia. Hujan disertai angin kencang yang dapat menumbangkan pohon-pohon. Badai Typhoon. Payung saya terbalik-balik keatas bukannya kebawah seperti seharusnya. Sementara orang-orang lain didekat saya, yang sama-sama berjalan kaki dan berpayung, tampak anteng dengan payung masing-masing. Cuma payung saya sendiri yang terbalik-balik dan akhirnya saya putuskan untuk ditutup saja karena merepotkan. Dan saya berlari-lari ditengah hujan agar segera sampai ditempat tujuan. Rupanya payung yang saya bawa dari Indonesia tidak mampu menghadapi hujan disertai angin disana.Jadi sebaiknya sesuaikan payung dan alat bantu musim hujan lainnya dengan kondisi didaerah masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H