Saya tidak ingat ketika kecil, apakah saya dekat dengan ayah saya atau tidak, maklum anaknya banyak. Yang saya ingat, kalau mengerjakan PR Matematika, Bapak selalu siap ditanya dan akan menemani sampai saya selesai mengerjakannya, meskipun itu sampai tengah malam.
Seperti orang jaman dulu, Bapak adalah orang yang bertanggung jawab sebagai pencari nafkah, sedangkan ibu adalah orang yang diam dirumah mengurus rumah tangga, termasuk menemani anak-anaknya mengerjakan tugas sekolah, kecuali untuk pelajaran matematika, terutama setelah duduk di kelas 5 SD.
Mungkin ibu memang tidak terlalu mengerti masalah itung-itungan yang rumit. Masalah yang lain-lain, tetap ibu yang menangani, seperti mengambil raport, ke dokter, dll nya. Tetapi Bapak sangat peduli dengan pendidikan kami. Setiap selesai ujian, kami akan diberi uang dengan hitungan sesuai nilai yang kami dapat.
Misalkan jika nilai ujiannya angka 9, maka uang yang kami dapat adalah 9 dikalikan Rp. 100 menjadi Rp.900, dan semua nilai dihitung dan diakumulasikan :) Maka hari pembagian reward itu adalah hari yang kami nanti-nantikan.
Jika ada di antara kami anak-anaknya yang tidak serius sekolah, Bapak akan bilang, bahwa beliau tidak bisa mewariskan apa-apa kecuali pendidikan.
Bapak juga mengajari kami menabung sejak SD. Saya masih ingat diajak ke bank untuk buka rekening, dan selanjutnya kami boleh pergi sendiri untuk melakukan setoran. Pernah juga, ketika ada rejeki, anak-anaknya yang dianggap sudah cukup besar, SMP keatas, diberi uang yang nominalnya cukup besar untuk ukuran jaman itu, dan kami diberi kepercayaan untuk menyimpan sendiri uang itu.
Setelah di SMP, Bapak juga memberikan kami uang jajan secara bulanan. Entah apa maksudnya, tapi untuk saya pribadi saya jadi belajar menahan diri untuk tidak langsung membelanjakan semua uang, karena ingat tidak akan diberi lagi selama sebulan itu.
Ada kesamaan antara saya dan ayah saya, yaitu senang membaca. Koleksi buku kami pada akhirnya sama banyaknya. Kami bukan orang yang pelit untuk membeli buku, berbeda dengan saudara yang lain.
Ibu saya sering mengomel setiap melihat saya pulang membawa buku yang baru dibeli, sementara ayah saya malah ikut membaca buku-buku saya yang memang lebih ke bacaan umum yang agak berat untuk sebagian orang :)
Ada satu peristiwa sederhana yang tidak pernah saya lupa. Peristiwa yang sangat sederhana, yang mungkin buat orang lain tidak ada artinya. Namun peristiwa itu justru membuat saya 'takjub' dan percaya bahwa ayah saya tidak akan pernah meninggalkan kami, keluarganya.