Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Harga Naik Karena Hari Raya

31 Mei 2018   00:28 Diperbarui: 31 Mei 2018   00:43 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang lebaran, di Indonesia, ada tradisi mudik alias pulang ke kampung halaman untuk berkumpul bersama sanak saudara. Bagi yang tidak punya kampung atau tidak merayakan Hari Raya Idul Fitri, mungkin ada yang pergi liburan ke luar negeri, ada juga yang hanya tinggal di rumah. 

Dalam situasi 'rame-rame' pulang kampung atau pergi berlibur karena libur panjang, sangat wajar jika biaya transport mengalami kenaikan, karena permintaan meningkat, sementara barang/jasa yang dijual jumlahnya tidak sebanyak permintaan. 

Namun jika harga makanan di restaurant ikut naik karena kebanyakan pekerja sedang pulang kampung sehingga pekerja yang ada 'terpaksa' bekerja double, apakah wajar? Mungkin wajar kalau pelayanan tetap normal dalam arti disajikan dalam waktu normal, kualitas tetap sama, pelayanan juga sama seperti biasa. Tetapi jika ternyata pengunjung harus menunggu lebih lama, kualitas menurun, rasanya kenaikan harga menjadi tidak adil bagi pengunjung. 

Kalau memang tidak ada pekerja, mengapa tidak tutup sementara? 

Suatu hari saya membeli makanan disebuah food court, dimana saya biasa membeli. Masih dalam suasana libur hari raya, setelah tutup selama hari raya, ternyata hari itu tempat itu buka. Saya pun membeli makanan, dibungkus, dan membayar seharga yang biasa saya bayar. Namun pelayan yang bukan pelayan biasanya mengatakan harga sekian, yang lebih mahal dari biasanya. Saya pikir selisihnya terlalu jauh dibanding harga biasa. Saya pun bertanya, "Naik ya? Koq tinggi amat naiknya?" Si mba pelayan pun menjawab, harga hari raya, karena kerjanya double....

Emmm....yang suruh kerja double siapa ya? Si mba ini kan menggantikan rekannya yang sedang mudik, lantas mengapa waktu kerjanya ditagihkan ke konsumen? Mengapa bukan ke bossnya? Bukankah mereka mendapat untung dari hasil berjualan selama sebelum hari raya?

Alasan lain yang pernah saya dengar, 'Ini hari Raya, saya seharusnya saya tidak kerja, jadi harganya lebih mahal'

Dapatkah menaikan harga sesuka hati hanya karena seseorang bekerja di hari libur? Saya pikir itu seharusnya tidak dilimpahkan ke konsumen, tetapi seharusnya sudah diperhitungkan oleh pengusaha bahwa ada hari libur yang jika dipakai untuk bekerja, maka ada konsekwensi membayar biaya lembur. Dapatkah konsumen memaksa sebuah restaurant buka untuk melayani pembeli? Tentu tidak, semuanya ditentukan oleh management restaurant, mau ada pemasukan di hari itu tentunya harus jualan, mau libur dulu berarti tidak ada pemasukan dan berarti tidak perlu jualan. 

Lain soal kalau harga naik karena bahan-bahan dasarnya juga naik.

Semoga para pengusaha tidak seenaknya menaikan harga untuk keperluan 'membayar' jasa pekerjanya yang bekerja lembur di hari Raya, atau para pekerja dilatih untuk menjawab lebih profesional terkait kenaikan harga, agar tidak terkesan pengusaha membebankan upah lembur pekerjanya kepada konsumen. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun