Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Polemik "Online Banking"

31 Oktober 2017   01:47 Diperbarui: 31 Oktober 2017   01:57 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu saat Ayah saya diharuskan untuk membuat rekening baru disebuah bank, untuk keperluan transfer uang untuk pembayaran sesuatu yang sifatnya rutin. Bukan bank yang mengharuskan membuka rekening, tetapi penyedia barang. Dengan alasan diharuskan oleh produsen agar distribusi barang dapat diawasi. 

Saya yang sangat yakin bahwa saya tidak gaptek merasa aneh karena Ayah saya sudah mempunyai rekening di bank tersebut dan rasanya tidak masalah jika harus melakukan transfer antar rekening. Dan bukankah pengawasan hanya dapat dilakukan melalui pembukuan penerima? Transfer dapat dilakukan oleh siapa saja asal no tujuan transfer benar dan bukti transfer ada. Hal ini membuat saya turun tangan karena kebetulan rekening baru tersebut tidak dapat dibuat karena ketiadaan E-KTP, sementara proses pembayaran harus segera beralih dari cash on delivery (COD) menjadi transfer antar rekening. 

Ketika saya tanyakan nomor rekening tujuan transfer, nampak mereka tidak mengerti karena 'keukeuh' bilang harus melalui bank X dan itu sudah peraturan. Setelah saya jelaskan bahwa untuk transfer tentu ada tujuannya atau mungkin ada kode perusahaan, barulah mereka mengerti dan saya pun mengerti kalau produsen produk tersebut baru saja meluncurkan aplikasi pembayaran. Namun tentu saja pembayaran dapat dilakukan melalui rekening mana saja, karena pada dasarnya aplikasi tersebut adalah aplikasi pembayaran melalui transfer antar rekening. Saya pun protes mengapa mereka memaksa membuat rekening baru dengan alasan peraturan dan harus dicabang yang mereka tentukan? Pada akhirnya mereka mengatakan mungkin itu salesman bank yang cari nasabah :D

Beberapa waktu kemudian, untuk keperluan sesuatu, saya pun ikut membuka rekening di bank X. Karena tidak ada progress setelah beberapa bulan, akhirnya saya mengajukan ulang kebutuhan perbankan saya ke cabang yang lebih besar dengan harapan akan lebih cepat diproses. Memang benar tanggapannya lebih cepat, kurang dari seminggu sudah ada salesman yang menelepon. Setelah berdiskusi panjang lebar, salesman tersebut pada akhirnya juga mengatakan harus membuka rekening baru walau tidak ada kekhususan rekening type apa. Tentu saja saya keberatan karena saya baru saja membuka rekening, tidak bisakah menggunakan rekening yang ada? Lagipula kebanyakan rekening mengakibatkan biaya administrasi menjadi lebih banyak sementara bunga uang tidak seberapa. 

Rekening baru ini, menurut istilah mereka, akan menjadi rekening penampung, untuk kemudahan proses selanjutnya. Bukankah datanya sudah online seluruh Indonesia? Mengapa harus menggunakan rekening baru? Pada akhirnya tercetus dari mulut salesman tersebut bahwa performance kantor cabang dalam menarik nasabah dinilai juga. (Atau mungkin maksudnya performance salesman??) Namung online ya online tidak ada hubungannya dengan performance dalam menarik nasabah membuat rekening baru. 

Online yang saya mengerti adalah data terpusat di satu database dan dapat diakses dimana saja. Data di Bandung adalah data yang sama dengan data yang diakses dari Jakarta. Update data di Jakarta akan terbaca di Bandung. Jadi rasanya kurang masuk akal kalau untuk keperluan sesuatu diharuskan membuka rekening baru dengan alasan untuk mempermudah. Kecuali peraturannya mengharuskan memiliki rekening type yang lain. 

Jika memang anjuran membuka rekening baru ini hanya sekedar mencari nasabah, mungkin para salesman harus lebih kreatif mencari nasabah baru daripada mempengaruhi nasabah lama dengan lagi-lagi membuka rekening baru.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun