Malaikat kecilku masih temani aku, datang dalam berbagai wujud, tak bisa kuduga sebelumnya, mengingatkan kemanusiaan yang kumiliki, bahwa hal itu masih ada, sering dalam raga mahluk tak berdaya, mau mati dan menderita.
Kucing jantanku pandai menangkap apa saja yang badannya jauh lebih kecil daripadanya, datang memanggilku, memamerkan tangkapannya, kelelawar tak berdaya ada di mulutnya. Kucingku melepaskannya di lantai dalam rumah untuk kemudian menerkamnya lagi berulang-ulang, bermain-main tak mau dibunuh segera. Sang kelelawar menjerit-jerit, ketakutan, dalam kengerian, kesakitan dan menggelepar di lantai yang licin, putus asa menyelamatkan diri, sampai batas akan mati, sungguh mengenaskan, di tengah kengerian kuselamatkan kelelawar dengan kain agar aku juga tak digigitnya. Kucingku protes dan tak rela mainannya direbut. Apa yang salah denganku pikirnya.
Kulihat mata kelelawar, entah ekspresi apa yang ada, yang kuyakin benar kengerian terpancar. Kuletakan dia didahan pohon depan rumah... mati? Ternyata belum, kutunggu dikejauhan dan dia merayap ke tempat lebih aman. Lama kutunggu agar jangan sampai ditangkap kucingku lagi. Apa yang kutunggu tiba. Harapanku terkabul, dia kepakkan sayapnya dan terbang jauh hingga menghilang.
Setiap mahluk yang kuselamatkan mungkin akan hidup, entah bagaimana keberuntungan nasip yang akan diperoleh selanjutnya. Kuyakin ini pesan dari malaikat kecilku untuk mencintai kehidupan. Kelelawar adalah satu kisah dari banyak kisah, ada yang berakhir menyedihkan juga, kucingku pernah menangkap burung kecil nan lucu, dan sama, si burung kecil menjerit dan ketakutan lalu kuselamatkan dari kengerian dan kumasukkan kotak bekas banca'an, hanya kepak sayap kecil terkadang bergetar dan mata indah yang terbuka, namun tak bisa terbang. Kala itu adalah di pagi hari ketika akan berangkat kerja, Â burung lucu kubawa kerja. Hari semakin siang terlupa burung lucu kutinggal di tempat yang semula teduh menjadi panas, burung kecil pun mati.
Kucingku beberapa kali menangkap tikus kecil, tikus hama bagi manusia, membawa penyakit, tatapan matanya tetap saja membuaku tak tega, sang tikus lalu kuselamatkan, kubiarkan, sampai akhirnya berlari menyelamatkan diri, orang akan berpikir aku bodoh, tidak membunuh hama bagi manusia.
Aku tak bisa berbuat lebih baik lagi, belum bisa berbuat apa-apa bagi sesama. Kuhanya bisa selamatkan ciptaan Nya yang ditangkap kucingku saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H