Di era digital ini, kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk dunia kerja. Semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasional. Namun, bagi banyak pencari kerja, terutama Gen-Z dan Milenial, fenomena ini menimbulkan kekhawatiran: apakah otomatisasi membuat sulit mendapatkan pekerjaan? Pertanyaan ini semakin relevan, terutama bagi mereka yang belum memasuki dunia kerja atau yang sedang mencoba beradaptasi dengan pasar kerja yang terus berubah.
Peran AI di Dunia Kerja
AI telah digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari manufaktur, transportasi, layanan kesehatan, hingga sektor jasa. Contoh paling nyata adalah bagaimana AI digunakan untuk menggantikan tugas-tugas rutin yang biasanya dilakukan oleh manusia. Di pabrik, robot menggantikan pekerja manusia untuk melakukan pekerjaan fisik yang monoton. Di sektor layanan pelanggan, chatbot dan sistem AI membantu menjawab pertanyaan klien tanpa perlu interaksi manusia.
Bagi perusahaan, teknologi ini jelas memberikan banyak manfaat. Dengan AI, pekerjaan bisa dilakukan lebih cepat, lebih akurat, dan lebih murah. Namun, bagi pekerja manusia, terutama mereka yang bekerja di sektor yang rawan otomatisasi, hal ini bisa menjadi ancaman besar. Banyak pekerjaan yang dulunya diisi oleh manusia kini semakin berkurang karena teknologi bisa melakukannya dengan lebih efisien.
Di sisi lain, AI juga menciptakan peluang baru di bidang teknologi. Banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan di bidang pemrograman, analisis data, dan pengembangan teknologi. Namun, apakah semua orang bisa beradaptasi dengan kebutuhan baru ini? Di sinilah masalahnya. Sementara beberapa pekerjaan hilang, tidak semua orang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk beralih ke sektor teknologi.
Kecemasan Ekonomi dan Doom Spending
Bagi kamu yang sedang atau akan memasuki dunia kerja, tantangan terbesar adalah bagaimana beradaptasi dengan perubahan ini. Jika dulu pekerjaan yang bersifat manual atau administratif banyak tersedia, sekarang kamu harus bersaing di pasar kerja yang lebih menuntut keterampilan teknis dan digital. Di sinilah kecemasan mulai muncul, yang sering kali berujung pada perilaku doom spending.
Ketidakpastian dalam mencari pekerjaan dapat memicu perasaan stres dan kecemasan, dan banyak dari kita yang mencari pelarian dalam bentuk belanja impulsif. Doom spending terjadi ketika kita berbelanja sebagai cara untuk mengatasi stres dan mengalihkan perhatian dari masalah yang lebih besar. Dalam konteks ini, AI juga berperan. Platform e-commerce dan media sosial menggunakan algoritma untuk menampilkan iklan yang menarik, memicu kita untuk berbelanja lebih banyak saat kita merasa tidak berdaya.
Tantangan Otomatisasi: Mencari Kerja di Era AI