Sebagai salah satu warga negara di antara 250 juta penduduk Indonesia, tak jarang saya begitu mudah mengikuti arus yang sepertinya disodorkan media: negatif thinking pada negeri sendiri.
Ada rasa pesimis yang kuat, kadang berganti dengan rasa sebal ketika memelototi berita korupsi di media online. Atau juga dongkol yang luar biasa ketika menyimak tabel grafis di media cetak tentang kontribusi TKI dan membandingkannya dengan perlakuan pemerintah RI pada saudara-saudara kita.
Tak habis pikir juga ketika menonton acara berita televisi yang menampilkan feature tentang terus membanjirnya impor produk olahan ikan sedangkan bahan bakunya berasal dari samudera Nusantara. Tampilan footage geliat dan keringat para nelayan seolah kontras dengan deretan kemasan produk laut yang dijual di mal-mal dan berlabel ‘made in Thailand’ atau juga ‘imported from Taiwan’.
Tentu saja, saya juga bermimpi bisa merasakan kebanggaan sebagai anak negeri ini. Bukankah negeri ini kaya dan saking melimpah potensinya sejatinya mampu menghidupi warganya?
Dan lantaran saking kayanya seharusnya sanggup mencukupi setiap kebutuhan warganya. Dan dengan kekayaan yang dikelola, negara ini mampu melindungi setiap penduduknya: bekerja di negeri sendiri tanpa perlu keluar negeri, memberi jaminan perlindungan bagi setiap orang yang berusaha dan tentu berlaku adil bagi semua.
Lantas, di tengah hiruk pikuk persoalan bangsa yang semakin rumit, sepertinya kita membutuhkan kata kunci sederhana yang bisa menjelaskan sekaligus menjadi jalan keluar.
“Negeri ini dapat menjadi negara yang kuat, yang kaya, yang mampu mencukupi sandang, pangan dan matapencaharian warganya serta berdaulat ketika berhadapan dengan negara lain, asalkan dikelola dengan baik…”
Dikelola dengan baik. Saya yakin, itulah kata kunci sederhana yang bisa memberikan pencerahan. Dan membuat kita, atau paling tidak bagi saya untuk berubah menjadi cenderung positif thinking pada negeri ini.
Ucapan itu sendiri meluncur dari seorang Hary Tanoesoedibjo, Calon Wakil Presiden dari Partai Hanura. Dialah pendamping Wiranto yang didapuk sebagai Calon Presiden yang diusung Partai Hanura. Keduanya juga populer dengan akronim WIN-HT.
Menurut HT, sapaan akrab Hary Tanoe, setiap jengkal daratan dan lautan Indonesia masih dan akan terus memberikan hasil terbaik bagi penduduknya. Malahan bukan hanya memberikan sesuai kebutuhan terkini, namun juga jika diolah lebih lanjut mampu membiayai peningkatan kehidupan seperti pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.
Pertama kali mendengar kalimat itu, ketika HT berkunjung ke Ambon, Maluku. Di ibukota provinsi yang terdiri dari gugusan kepulauan ini, dia mengingatkan bahwa aktor utama perubahan Indonesia yang lebih baik adalah kita sendiri. Kitalah pelakunya dan kitalah yang akan menikmatinya.
Senada, Wiranto pun mengatakan hal serupa. Saya baca ketika dia berkunjung ke Manado, Sulawesi Utara dan mengatakan kedaulatan Indonesia harus terwujud juga dalam mampu menghidupi penduduknya dan menjadi kebanggaan serta disegani oleh negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H