Mohon tunggu...
Siti Maili Vonitasari
Siti Maili Vonitasari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Universitas Pancasakti Tegal

Man Jadda wa jadda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Bullying terhadap Psikologi Peserta Didik di Sekolah

12 Maret 2024   21:40 Diperbarui: 12 Maret 2024   21:51 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bullying berasal dari bahasa Inggris, namun dalam bahasa Indonesia disebut penindasan atau risak. Kasus perundungan sering terjadi di Indonesia.
Misalnya saja kejadian bullying di sekolah. Oleh karena itu, bullying dapat dipahami sebagai segala bentuk penindasan atau kekerasan yang sengaja dilakukan  oleh individu atau kelompok yang lebih kuat.

Tujuan penindasan adalah untuk menyakiti orang lain, dan hal ini terjadi setiap saat. Penindasan sering terjadi di sekolah dan lingkungan sehari-hari, dan memakan korban jiwa. Perilaku bullying ini merugikan korban dan mempengaruhi kejiwaannya. Fenomena bullying menyebabkan pelaku bertindak sewenang-wenang terhadap korbannya.

Perilaku perundungan melanggar Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: "Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh kembang, dan berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Peristiwa bullying seringkali terjadi di sekolah, rumah, tempat kerja, masyarakat, sampai dunia maya. Aktivitas bullying tidak memilih umur dan jenis kelamin. 

Penyebab Bullying di Sekolah Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya bullying di sekolah.Beberapa di antaranya adalah: Kurangnya pendidikan empati: Siswa yang tidak diajarkan  pentingnya empati dan menghargai perbedaan individu  lebih besar kemungkinannya untuk terlibat dalam perundungan.

  • Kecemasan dan Kontrol: Beberapa siswa yang merasa tidak aman atau memiliki masalah di rumah mungkin menggunakan intimidasi untuk merasa lebih kuat atau untuk mengontrol siswa lain.
  • Persyaratan Lingkungan: Lingkungan sekolah yang tidak responsif atau toleran terhadap intimidasi dapat mendorong perilaku ini.
  • Pengaruh Teman Sebaya: Tekanan  kelompok teman sebaya  dapat menyebabkan siswa  terlibat dalam intimidasi.
  • Kurangnya Pengawasan: Kurangnya pengawasan oleh guru dan staf sekolah dapat mengakibatkan intimidasi tidak terdeteksi atau  ditangani dengan baik.

Dampak Bullying di Sekolah Dampak perilaku bullying terhadap korban dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya, bahkan ada korban yang mengalami depresi dan menarik diri dari  lingkungan sosialnya, bahkan saya pun merasa demikian.

Menurut  Zulqurnain & Thoha (2022), bullying menyebabkan anak menjadi takut diancam, rendah diri, kurang memiliki rasa berharga, sulit berkonsentrasi  saat belajar, dan sulit berinteraksi dengan orang disekitarnya dan bahkan tidak ingin pergi ke sekolah. Jika tidak pandai bersosialisasi dan kurang percaya diri, akan sulit berpikir meskipun kemampuan akademisnya menurun.

Akibat perundungan, siswa kehilangan rasa percaya diri, khawatir terhadap lingkungannya, serta merasa tidak nyaman, malu, marah, dan trauma jika mengalami perilaku perundungan. Siswa tidak berani mengemukakan pendapat saat pembelajaran dan tidak percaya pada kemampuannya.

Orang yang merasa tidak aman biasanya disebabkan oleh  tidak mendidik dirinya sendiri dan hanya menunggu seseorang melakukan sesuatu untuknya (Masturina, 2018; Sahrunanca & Wulandari, 2013).

Korban bullying seringkali mengalami tingkat stres dan kecemasan  yang tinggi  (Khairunnisa et al, 2022). Anda mungkin merasa cemas dan khawatir setiap hari, terutama saat berada di lingkungan sekolah. Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi konsentrasi, kemampuan belajar, dan prestasi akademik. Bullying dapat melemahkan harga diri korban (Febriana, 2017).

Korban mungkin merasa rendah diri, tidak berharga, dan  tidak ada yang peduli terhadap dirinya. Hal ini dapat  menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan merusak citra diri yang positif. Siswa masih ingin menceritakan kejadian yang menimpa mereka kepada gurunya di sekolah. Kita sebagai guru kemudian dapat memanggil korban dan pelaku, memotivasi korban untuk menyuarakan pendapatnya selama pembelajaran , dan tidak takut melakukan kesalahan karena  tidak akan diejek. Karena guru dapat membuat pelaku berjanji tidak  mengulangi perbuatan yang sama dan meminta maaf kepada korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun